Setelah menjadi ibu, Adiezty Fersa (33) mengaku mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Wanita yang pernah tergabung dalam girl band Oh My Girls (OMG) ini mengaku lebih was-was akan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan buah hatinya. Bagaimana tidak, kehadiran putra pertamanya, Gin Dirga (1,5), memang sudah lama dinanti.
Melewati perjalanan panjang dan berliku demi mendapatkan momongan, kini Adiezty memilih untuk lebih fokus mengasuh jagoannya dan rehat dari dunia panggung. Bersama sang suami, Gilang Dirga, keduanya tengah menikmati masa-masa indah menjadi orang tua dan mengasuh putra mereka, Gin.
Seperti apa cerita Adiezty menjalani peran barunya sebagai ibu? Bagaimana kabar Gin, putra semata wayangnya, kini? Apa pertimbangannya saat memasukkan Gin ke berbagai kelas bayi? Yuk, simak wawancara eksklusif M&B bersama Adiezty Fersa yang menjadi Mom of the Month November 2023, Moms!
Pernah tergabung dalam girl band dan menjadi penari, Anda memang secinta itu ya, dengan dunia tarik suara dan tari?
Sebenarnya mungkin karena aku lebih ke banci tampil ya, orangnya, haha. Waktu itu jadi penari awalnya enggak sengaja. Setelah beberapa tahun, aku dapat tawaran untuk jadi personel girl band. Ternyata aku enjoy banget perform nyanyi sambil nari di atas panggung. Nah, ketika era girl band selesai, aku memutuskan untuk jadi solois dan fokus menyanyi.
Setelah Gin lahir, aku sempat bikin single. Namun, sehabis itu belum sempat lagi, karena memang sekarang lebih banyak disibukkan mengurus Gin dan sesekali mengambil pekerjaan lain yang waktunya tetap disesuaikan.
Perjalanan Anda dan suami untuk mendapatkan momongan tidak mudah. Bagaimana Anda melewati masa-masa itu?
Aku sempat mengalami keguguran dua kali, pernah mencoba IFV, hingga akhirnya Tuhan menganugerahi Gin dalam hidupku dan Gilang. Tentunya pernah ada perasaan menyalahkan diri sendiri ketika mengalami keguguran, apalagi anak dari aku dan Gilang ini merupakan cucu dan keponakan pertama dari kedua keluarga kita.
Dari kejadian tersebut, kita berdua berusaha untuk saling menguatkan satu sama lain. Aku dan Gilang sama-sama enggak pernah nangis di hadapan satu sama lain. Meski enggak mudah jalannya untuk mendapatkan buah hati, aku dan Gilang masih mengimani bahwa kalau itu yang terbaik menurut Allah SWT, maka pasti kita akan dikasih di waktu yang terbaik juga.
Aku dan Gilang coba ambil positifnya saja bahwa kita masih dikasih waktu untuk bersiap menjadi orang tua. Jadi, untungnya kita masih punya pegangan Tuhan, itu yang benar-benar bikin kita kuat, dan support dari keluarga juga tentunya.
Meski enggak mudah jalannya untuk mendapatkan buah hati, aku dan Gilang masih mengimani bahwa kalau itu yang terbaik menurut Allah SWT, maka pasti kita akan dikasih di waktu yang terbaik juga.
Setelah menjadi ibu, adakah yang berubah dalam hidup Adiezty?
Berubah banget! Aku jadi lebih was-was dengan semua hal, malah cenderung paranoid sepertinya. Tapi, di satu sisi, aku sadar betul bahwa kalau jadi ibu itu harus tetap waras. Jadi, aku berusaha untuk menyeimbangkan antara parenting dan kewas-wasan aku, di sisi lain aku juga coba untuk lebih santai menjalani peran baru ini. Di sinilah peran support system diperlukan supaya ibu tetap bisa waras, terutama suami, dan usahakan juga untuk me time.
Bagaimana pengalaman menyusui Gin?
Ada momen menyedihkan saat menyusui Gin. Awalnya aku menyusui Gin secara langsung (direct breastfeeding) dan pumping. Nah, saat Gin berusia 3 atau 4 bulan, aku sempat sakit, payudaraku lecet sampai bikin aku demam. Ternyata kata Dokter laktasi itu berjamur. Akhirnya Dokter meresepkan salep antijamur dan mengizinkan aku untuk lanjut menyusui langsung.
Tapi karena salep yang aku dapat itu salep jamur umum, aku jadi enggak berani menyusui Gin langsung. Akhirnya selama pengobatan 14 hari dengan salep aku hanya pumping. Setelah itu, ternyata Gin sudah tidak mau DFB lagi. Nah, aku sedih di situ.
Aku berusaha terus untuk menyusui Gin langsung, sampai minta tolong bidan laktasi ke rumah. Setiap bidannya dateng, Gin mau DFB, tapi setiap aku coba sendiri, Gin enggak mau, dia histeris banget sampe jerit-jerit, padahal biasanya Gin jarang nangis.
Akhirnya bidan laktasiku bilang untuk tidak memaksakan menyusui Gin langsung, karena takutnya nanti aku stres dan malah berpengaruh ke produksi ASI. Dari situ, kalau Gin memang enggak mau DFB, ya sudah enggak apa-apa. Tapi di satu sisi aku kangen menyusui Gin langsung karena saat proses DFB itu aku bisa puas liatin dia. Selain itu DFB ini bisa dijadikan alasan saat sisi introvert aku kambuh atau saat aku lagi capek atau malas ketemu orang, haha.
Bagaimana tumbuh kembang Gin saat ini?
Alhamdullilah, menurut dokter, perkembangan Gin sesuai usianya. Sekarang dia sudah mulai ngerti kalau diajak ngobrol, sudah bisa dimintai tolong juga. Gin juga anaknya aktif dan friendly banget, seperti ayahnya. Kalau dilihat-lihat, Gin ini anaknya FOMO (fear of missing out) ya, jadi kalau ada keriaan tapi saat itu dia harus tidur, dia enggak akan tidur dan harus ikut keriaan tersebut, haha.
Bagaimana pengalaman memberi Gin makan?
Saat ini Gin sudah mulai makan makanan selain ASI. Kata dokter, harusnya Gin sudah bisa makan menu makanan yang dimasak di rumah. Tapi karena Gin anak pertama, tetap saja aku bedain, dimasak dengan bahan-bahan yang sehat. Selama makan, Gin beberapa kali memang sempet GTM, tapi mungkin karena sedang tumbuh gigi. Kalau untuk menu makanan, alhamdullilah sejauh ini enggak ada masalah. Kalau Gin enggak mau makan makanan tertentu, aku juga enggak langsung mengikuti apa makanan yang dia mau, supaya nanti dia enggak pilih-pilih makanan.
Gin disunat di usia dini, mengapa memutuskan demikian?
Memasuki awal usia 14 bulan, Gin disunat. Sebenarnya dari awal aku ingin Gin disunat saat dia masih bayi. Tapi, ternyata setelah melahirkan aku keteteran dan sempat mengalami over produksi ASI. Lalu ketika diskusi dengan dokter, katanya sunat itu paling bagus dilakukan saat anak berusia di bawah satu bulan, bahkan lebih baik lagi saat usia Si Kecil 7 hari. Tapi sebenarnya memang keputusan untuk sunat anak itu kembali pada kesiapan orang tua saja.
Nah, saat Gin sudah genap 1 tahun, aku mulai berpikir untuk mengajak Gin sunat. Tapi ketika bilang ke suami, dia sempat bingung, karena di satu sisi suamiku ingin Gin disunat ketika dia sudah mengerti soal sunat. Sementara aku pikir kebanyakan laki-laki justru trauma dengan sunat. Setelah percakapan itu, malamnya aku gantiin popoknya Gin, saat itu aku menemukan bahwa ada lecet di bagian ujung penisnya. Dan memang ternyata penanganan atau obatnya ini ya harus disunat supaya tidak berulang. Akhirnya aku bilang ke suami dan dua hari kemudian Gin disunat.
Selain pillow talk sebelum tidur, melakukan hal-hal kecil seperti nge-date berdua suami menjadi cara menjaga keharmonisan rumah tangga.
Gin ikut kelas berenang dan gymnastic, ya?
Ya, Gin mulai ikut kelas renang di usia 4 bulan. Awalnya aku hanya iseng memasukkan Gin ke kelas renang, semata supaya dia ada kegiatan selain belajar di rumah. Tapi, setelah aku cari tahu soal kelas renang, ternyata memang bagus dan bermanfaat untuk bayi karena bisa membantu memicu respons mereka juga. Setelah beberapa kali ikut kelas, it works di Gin. Dia jadi ngerti kalau ketemu air harus gimana. Biasanya kalau mandi kan ada bayi yang gelagapan, nah Gin tuh udah paham cara handle air gimana.
Di usia 7 bulan, Gin kita masukkan ke kelas gymnastic. Kalau di rumah kan mungkin kita ngajarin dengan alat seadanya, tapi kalau ikut kelas kan pasti ada pelatih yang sudah paham kebutuhan dan hal-hal apa saja yang harus diajarkan untuk anak seusia Gin.
Bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga ala Adiezty?
Aku dan Gilang selalu berusaha untuk menjaga komunikasi, sih, misalnya pillow talk sebelum tidur itu udah pasti. Gilang itu kan setiap hari kalau pulang kerja bisa sampai malem banget ya, dan dari awal menikah aku sudah terbiasa nungguin dia pulang, jadi ngobrolnya saat dia pulang. Karena kalau enggak dipaksain ngobrol saat itu, aku mikirnya kapan lagi kita punya waktu untuk ngobrol berdua. Lalu kalau misalnya kita ada waktu luang sedikit dan sadar bahwa kita sudah lama enggak nge-date, kita bisa random makan siang di mana gitu, tapi tanpa Gin. Jadi hal-hal kecil itu yang coba tetap kita lakukan.
Apa arti kehadiran Gin dalam hidup Anda?
Ini pertanyaan yang jawabannya akan cliché sekali, tapi kehadiran Gin itu segalanya bagiku. Karena aku dan Gilang memang sudah lama ingin punya anak, jadi kita selalu membayangkan gimana sih rasanya punya mini Adiez atau Gilang. Nah, ketika akhirnya kita dikasih rezeki punya anak dari Allah SWT pastinya bersyukur banget.
Kehadiran Gin benar-benar membuat aku dan suami jadi jauh lebih bersyukur atas segala hal dan mengubah kita menjadi pribadi yang lebih sabar. Intinya kehadiran Gin menjadikan aku dan Gilang sebagai orang yang lebih baik, insya Allah.
Kehadiran Gin membuat aku dan suami jadi lebih bersyukur atas segala hal dan menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih sabar.
(M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: Insan Obi/Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang/MUA: Rachie (@irachielicious)/Hairdo: Nia (@nia_hairnbeauty)/Stylist: Gabriela Agmassini/Wardrobe: Array (@array.id_), Jolie Clothing (@jolie_clothing), Nae Tokki (@naetokki)/Lokasi:The Residences at The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place (@ritzcarltonpacificplace))