Inta Heruwanto, atau lebih dikenal dengan panggilan Mamma Kanin, merupakan pendiri catering MPASI Mamma Kanin. Lulusan Magister International Business and Entrepreneurship Malardalen University, Swedia, ini lebih memilih untuk mendirikan bisnis catering MPASI, karena menurutnya walaupun bayi belum bisa mengenal berbagai rasa, ibu tidak boleh asal dalam memberikan MPASI untuk Si Kecil. Oleh karena itu, ia pun membuat menu MPASI dengan cinta, tetap mementingkan rasa, dan sudah pasti punya nilai gizi yang tinggi.
Selain itu, Inta juga merupakan sinshe meditasi chinese medicine yang disebut dengan QiGong. Ternyata, kegiatan-kegiatan ini justru menjadi senjatanya untuk menghadapi ADHD lho, Moms.
Lalu, apa alasan Inta memilih bisnis catering MPASI Mamma Kanin ini, dan bagaimana Inta menciptakan "rileks" untuk dirinya? Yuk, kenal lebih dekat dengan Inta Heruwanto, founder catering MPASI Mamma Kanin dan juga seorang sinshe QiGong!
Sejak kapan Inta memulai bisnis catering MPASI Mamma Kanin?
Awal bisnis ini mulai, aku justru saat itu belum menikah, pada tahun 2010. Saat itu, aku masih tinggal bersama orang tuaku dan harus mengurus keponakanku, karena kakakku bekerja. Jadi, kakakku ini kan orang corporate. Jadilah aku yang ngurus anaknya. Hal tersebut membuatku harus meracik sendiri MPASI untuk keponakanku. Saat itu, kakakku berpesan, enggak boleh pakai gula dan garam. Aku dibantu ibuku untuk membuat menu MPASI sesuai request kakakku. Sejak saat itu, aku jadi tertarik mendalami berbagai menu MPASI lainnya.
Awal memasarkan Mamma Kanin, bagaimana sampai bisa dikenal banyak orang?
Aku mulai mengenalkan Mamma Kanin lewat MultiPlay, lalu ke Twitter, karena dulu belum ramai online shop. Selain itu, aku juga memasarkan bisnis ini melalui Facebook dan terus berkembang dari mulut ke mulut. Nah, mulai dari situ aku banyak orderan bahkan request menu-menu baru untuk MPASI. Sebenarnya menu yang aku pakai dalam bisnis Mamma Kanin ini adalah menu andalan keluarga. Resepnya saja yang aku ubah sedikit jadi lebih ramah untuk anak.
Sebenarnya menu yang aku pakai dalam bisnis Mamma Kanin ini adalah menu andalan keluarga. Resepnya saja yang aku ubah sedikit jadi lebih ramah untuk anak.
Apa alasan Anda tidak menggunakan garam dan gula dalam menu MPASI?
Karena kakakku minta dibuatkan makanan untuk anaknya yang bebas garam dan gula. Itu yang buat aku jadi putar otak, gimana caranya bikin makanan tanpa garam dan gula, tapi rasanya tetap enak. Aku mengganti gula dan garam dengan bawang putih dan bawang bombai. Aku pilih dua bahan tersebut, karena bisa menghasilkan rasa manis dan gurih yang alami.
Dari mana Anda mendapat ide-ide resep masakan?
Awalnya aku membangun bisnis ini sama mamaku, jadi lebih sering pakai resep warisan nenek, kayak lasagna, risotto, pastel tutup, dan yang paling favorit, opor, soto, dan rawon. Jadi, menu-menu ini memang kaya akan rempah-rempah. Bahan baku dari menu aku ini juga mudah banget didapatkan. Nah, setelah mulai lumayan banyak orderan masuk, ada beberapa ibu yang request untuk menu MPASI anaknya. Tapi, pada dasarnya, menu utama MPASI Mamma Kanin adalah resep warisan nenekku.
Anda didiagnosis ADHD. Dengan kondisi tersebut, bagaimana Anda membagi waktu antara bisnis dan keluarga?
Pada awalnya aku struggling banget, cara membagi waktunya dengan belajar rileks, supaya semua kewajiban yang harus aku lakukan bisa berjalan dengan baik. Untungnya, suami aku mendukung apa yang aku kerjakan. Kerjaan-kerjaan yang susah jadi lebih mudah rasanya.
Sejak kapan Anda tahu bahwa Anda terdiagnosis ADHD?
Awalnya, aku ngerasa kok anakku rewel terus, aku enggak bisa handle anakku, kerjaan aku juga enggak pernah beres. Nah, dari situ mulai sadar, aku enggak mau pakai pemikiran lama, yang apa-apa nyalahin anak. Jadi, kalau anaknya kenapa-kenapa orang tuanya dulu yang dicek. Sejak saat itu, aku juga enggak mau menduga-duga atau diagnosis sendiri, jadi aku cepat-cepat periksa ke ahli untuk tahu kondisi aku yang sebenarnya. Setelah aku melakukan pemeriksaan, hasilnya aku didiagnosis ADHD, walaupun masih dalam level yang rendah. Tapi, karena label tersebut, justru aku jadi tahu harus melakukan apa.
Apa yang membuat Anda cukup vokal dalam menceritakan ADHD ini?
Karena aku melihat diriku sendiri, jadi kasihan kalau nanti ada yang self diagnose ketika dia dewasa. Di luar sana juga kayaknya banyak yang masih malu kalau udah dapat label "sesuatu" tuh harus banget ditutupin. Padahal sebenarnya, kalau kita sudah tahu dapat label apa, kan bisa segera diatasi, mau jalannya barat atau timur. Aku juga mau sampaikan, terutama bagi remaja yang merasa memiliki masalah dalam mental health, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke ahlinya agar tidak terjadi self diagnose yang berkelanjutan, karena dengan menduga-duga akan memperburuk keadaan ke depan.
Rileks adalah hal utama yang membuat semuanya jadi baik-baik saja, walaupun sebenarnya rileks itu harus dilatih. Dan, kita sendiri yang harus mencari tools yang bisa membuat kita rileks.
Tips dari Anda untuk Moms yang sedang struggling menjadi ibu yang sehat mental?
Rileks adalah hal utama yang membuat semuanya jadi baik-baik saja, walaupun sebenarnya rileks itu harus dilatih. Dulu aku juga mengira bahwa rileks akan muncul dengan sendirinya ketika sudah mulai dewasa. Tapi ternyata, tidak. Kita sendiri yang harus mencari tools yang bisa membuat kita rileks. Contohnya, seperti aku yang memilih mendalami chinese medicine untuk "menyelamatkan" diri aku dari ADHD tersebut. kalau enggak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, mungkin aku enggak akan serileks sekarang. Dengan memahami diri sendri, kita akan lebih cinta dengan diri sendiri. Setelah itu, urusan rumah tangga, terutama anak, akan lebih mudah untuk ditangani.
(M&B/Gianti Puteri/SW/Foto: Gustama Pandu/Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang/MUA: Rachie (@irachielicious)/Wardrobe: LLACES (@llacesofficial)/Babyteen (@babyteenofficial)