Setiap orang pasti pernah mengalami mimpi buruk. Dikejar hantu atau kawanan binatang buas, dibuntuti monster, tenggelam, atau tersesat, semua adalah mimpi buruk yang sering dialami banyak orang. Saat terbangun dari mimpi buruk seperti itu, sering kali Anda merasa cemas, panik, atau bahkan takut.
Nah, di artikel ini, M&B merangkum semua yang perlu Anda ketahui tentang mimpi buruk menurut psikologi, termasuk faktor penyebab dan cara mengatasinya. Simak ya, Moms!
Mimpi buruk menurut psikologi
Mimpi buruk merupakan hal yang wajar dialami siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Mimpi buruk adalah mimpi yang tidak mengenakkan dan menakutkan yang biasanya terjadi selama tahap tidur REM (rapid eye movement). Mimpi buruk yang terjadi secara intens bisa memicu reaksi emosional yang kuat, seperti ketakutan, kepanikan, atau kecemasan. Sering kali cerita mimpi buruk bisa terus diingat dengan jelas saat Anda terbangun, bahkan hingga beberapa hari setelahnya.
Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan Anda mengalami mimpi buruk, antara lain:
1. Trauma dan PTSD
Menurut Deirdre Barrett, PhD, dosen psikologi di Harvard Medical School, adanya peristiwa traumatik yang pernah dialami bisa memicu munculnya mimpi buruk berulang yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut.
Tidak seperti kebanyakan mimpi buruk yang biasanya terjadi selama tahap tidur REM, mimpi buruk setelah trauma bisa terjadi di semua tahap tidur. Buat mereka yang memiliki PTSD (post-traumatic stress disorder), mimpi buruk seperti ini biasanya terasa lebih realistis daripada kebanyakan mimpi buruk lainnya dan bahkan bisa memparah efek traumatis yang dialami.
2. Stres dan cemas
Barrett menyebutkan bahwa stres dan cemas juga bisa menjadi faktor lain Anda mengalami mimpi buruk. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi lebih rentan mengalami mimpi buruk.
Mimpi buruk ini bisa mencerminkan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan yang dirasakan di kehidupan nyata. Sederhananya, kecemasan atau kekhawatiran yang Anda rasakan di siang hari atau sebelum tidur, emosi, dan gambaran terkait yang sama kemungkinan akan muncul di dalam mimpi Anda.
3. Pola pikir yang berlebihan
Serupa dengan stres dan cemas, kecenderungan memiliki pola pikir yang berlebihan, atau sering disebut sebagai overthinking, bisa menjadi alasan lain Anda sering bermimpi buruk. Misalnya saja, kecenderungan mengkhawatirkan dan memikirkan berbagai kemungkinan yang belum tentu akan terjadi—bahkan kemungkinan terburuk—bisa memicu munculnya mimpi buruk pada seseorang.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat-obatan resep tertentu yang memengaruhi sistem saraf dapat menjadi pemicu munculnya mimpi buruk di malam hari. Beberapa jenis obat-obatan yang bisa menimbulkan efek samping mimpi buruk adalah obat antidepresan, obat penyakit Parkinson, dan obat penurun tekanan darah. Selain itu, penyalahgunaan obat-obatan terlarang bisa menjadi penyebab Anda sering mengalami mimpi buruk.
5. Demam
Ketika suhu tubuh Anda meningkat atau demam, Anda mungkin bisa mengalami mimpi yang sangat intens, menakutkan, dan tidak menyenangkan, atau biasa disebut dengan fever dream. Meskipun mimpi demam dikenal dalam literatur medis, studi ilmiah mengenai penyebab terjadinya mimpi demam ini masih terbatas. Namun, beberapa peneliti berspekulasi bahwa suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya menjadi pemicu terjadinya mimpi demam.
6. Mengonsumsi makanan tertentu
Sebuah penelitian kecil yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology menyebutkan bahwa beberapa makanan tertentu bisa memicu munculnya mimpi buruk yang aneh dan tidak mengenakkan, termasuk makanan pedas, makanan manis, serta susu dan produk olahannya seperti keju.
Itulah beberapa faktor umum penyebab Anda mengalami mimpi buruk. Namun, mimpi buruk juga bisa terjadi secara acak tanpa adanya faktor khusus yang mendasarinya.
Cara mengatasi mimpi buruk
Anda tidak perlu mengkhawatirkan jika mimpi buruk terjadi sesekali. Itu adalah hal yang wajar. Namun, mimpi buruk yang terjadi secara terus-menerus bisa berdampak negatif pada kualitas tidur, menyebabkan insomnia, dan mengganggu aktivitas sehari-hari, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, seperti:
1. Mengelola stres dan mengurangi overthinking
Mengelola dan mengurangi tingkat stres dengan menerapkan teknik relaksasi, meditasi, dan yoga, bisa membantu meminimalisasi frekuensi mimpi buruk. Anda juga bisa melakukan hal-hal lainnya, seperti journaling, melakukan hobi yang Anda sukai, dan menerapkan gaya hidup sehat untuk mengurangi tingkat stres dan overthinking.
Namun, jika beragam cara mengelola stres dan overthinking sudah dilakukan tapi belum juga berhasil, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog profesional.
2. Terapi berbasis trauma
Bagi Anda yang mengalami mimpi buruk terkait trauma dan PTSD, penting untuk mencari bantuan profesional dari terapis bersertifikat. Terapis Anda akan menyarankan berbagai terapi yang efektif untuk mengatasi trauma dan PTSD yang Anda alami, yang nantinya bisa mengurangi frekuensi mimpi buruk dan membuat Anda merasa lebih baik.
3. Membatasi konsumsi makanan tertentu
Membatasi konsumsi makanan tertentu seperti makanan pedas, makanan manis, serta susu dan produk olahannya bisa mengurangi kemungkinan mengalami mimpi buruk. Tidak makan berat di malam hari, terutama sebelum tidur, juga bisa membantu Anda tidur lebih pulas serta bangun dengan lebih bersemangat dan bertenaga keesokan harinya. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Miriam Alonso/Pexels)