KID

Patut Waspada, PCOS juga Bisa Terjadi pada Remaja



PCOS (polycystic ovary syndrome) merupakan gangguan hormonal yang menyebabkan sel telur tidak dapat berkembang dengan normal. Gangguan PCOS bisa menyebabkan seorang perempuan sulit mendapatkan kehamilan. Parahnya, PCOS tidak hanya bisa terjadi pada perempuan dewasa. PCOS juga bisa saja terjadi pada remaja lho, Moms.

Meski bisa terjadi pada remaja, belum banyak orang tua yang mewaspadai masalah reproduksi ini. Bahkan banyak yang mengabaikan meski gejalanya sudah muncul.

“Padahal berdasarkan survei, PCOS memengaruhi 3-11% remaja perempuan,” ucap dr. Mila Maidarti, SpOG, Subsp. F.E.R., Ph.D, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, Rumah Sakit Pondok Indah - IVF Centre, yang ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kasus PCOS terbanyak terjadi pada kelompok usia 10-19 tahun. Asia Tenggara memiliki insiden PCOS tertinggi pada tahun 2019. Prevalensi bervariasi berdasarkan usia, etnisitas, dan kriteria diagnostik.

Obesitas meningkatkan risiko PCOS pada remaja

Menurut dr. Mila, PCOS pada remaja belum diketahui apa penyebab pastinya. Hanya saja, PCOS merupakan masalah gangguan multifaktorial yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor risiko.

Salah satu faktor risiko PCOS pada remaja adalah obesitas. Obesitas dapat meningkatkan resistensi insulin yang kemudian bisa menyebabkan gangguan hormonal. Inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi PCOS.“Anak-anak usia sekolah umumnya jarang bergerak hingga meningkatkan sedentary lifestlye yang akhirnya bikin kegemukan,” tambah dokter Mila.

Dokter Mila pun menyarankan semua orang tua untuk mengontrol berat badan anak. Selain bisa menyebabkan diabetes, ternyata obesitas pada remaja juga bisa menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi, seperti PCOS.

Tanda PCOS pada remaja yang harus diwaspadai

Dokter Mila mengungkapkan ada sejumlah tanda atau gejala PCOS pada remaja yang harus Anda waspadai, yaitu:

1. Gangguan menstruasi

Jangan anggap sepele gangguan menstruasi yang terjadi pada remaja. Ini merupakan tanda yang paling khas dari sindrom PCOS. Bila remaja mengalami menstruasi yang tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali, Anda sebaiknya segera memeriksakannya ke dokter.

Moms juga perlu waspada bila anak remaja Anda belum pernah menstruasi di usia 14 tahun atau menstruasi lebih dini, yaitu saat menstruasi terjadi di usia kurang dari 8 tahun.

2. Kadar hormon androgen meningkat

Androgen merupakan hormon yang banyak dimiliki laki-laki. Namun, perempuan juga memiliki hormon ini meski dalam jumlah lebih sedikit. Beberapa tanda meningkatnya hormon androgen pada remaja adalah munculnya rambut yang berlebih pada area wajah, berjerawat, dan rambut rontok.

3. Obesitas

Anak yang gemuk bukan berarti anak yang sehat. Kegemukan pada remaja juga bisa menjadi tanda PCOS. Inilah pentingnya memantau berat badan anak remaja secara teratur. Tanda obesitas yang juga perlu diwaspadai adalah munculnya kehitaman pada leher dan lipatan tubuh anak.

Langkah-langkah untuk mendiagnosis PCOS

1. Pengamatan gejala

Saat Anda menemukan beberapa gejala PCOS pada anak remaja Anda, seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut pada wajah, dan kegemukan, Anda sebaiknya waspada dengan kemungkinan terjadinya PCOS, Moms. Terus amati gejala yang terjadi sebagai bahan evaluasi bersama dokter.

2. Konsultasi dengan dokter

Setelah mengamati gejala yang dicurigai sebagai PCOS, Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

3. Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium

Saat berkonsultasi dengan dokter, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara umum. Selain itu biasanya diperlukan tes laboratorium.

4. Diagnosis

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, barulah diagnosis dapat ditegakkan. Diagnosis PCOS umumnya ditegakkan jika terdapat setidaknya 2 dari 3 gejala utama, yaitu gangguan menstruasi, tanda-tanda hiperandrogen, dan kista ovarium.

Nah, itulah beberapa faktor risiko dan gejala PCOS pada remaja yang harus diwaspadai. Jadi, jangan sepelekan sekecil apa pun gejala yang terlihat ya, Moms. (M&B/RF/Foto: Freepik)