Menguasai bahasa isyarat tunarungu mampu memecah keheningan di kalangan orang yang mengalami masalah pendengaran. Namun, tahukah Moms bagaimana asal muasal bahasa isyarat ini? Rupanya bahasa isyarat awalnya diinisiasi oleh seorang biarawan asal Prancis.
Selama ribuan tahun, orang dengan masalah pendengaran mengalami marginalisasi alias pengabaian. Dahulu, diyakini bahwa bahasa hanya dapat dipelajari dengan mendengarkan kata-kata yang diucapkan.
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai bahasa yang satu ini, yuk, cari tahu dulu asal muasal bahasa isyarat tunarungu berikut ini!
Asal muasal bahasa isyarat tunarungu
Dahulu, di era Romawi kuno, orang yang terlahir tuli tidak berhak untuk menandatangani surat wasiat karena dianggap tidak mengerti apa-apa. Orang tuli dianggap tidak bisa belajar membaca atau menulis.
Namun, ratusan tahun kemudian, situasi ini berubah. Bahasa isyarat tunarungu mulai dikenal berkat inisiatif Pedro Ponce de Léon. Ia merupakan biarawan Benediktin Spanyol di abad ke-16.
Melansir National Geographic, ide penggunaan bahasa isyarat sebenarnya bukanlah hal yang baru. Penduduk asli Amerika sudah menggunakan gerakan tangan untuk berkomunikasi dengan suku lain dan untuk memfasilitasi perdagangan dengan orang Eropa.Selain itu, para biarawan Benediktin sudah menggunakannya untuk menyampaikan pesan dalam masa hening sehari-hari.
Ponce de Léon pun mengadopsi gerakan yang digunakan di biaranya. Kemudian, dari karya Ponce de Léon, pendeta sekaligus ahli bahasa Spanyol, Juan Pablo Bonet, mengeksplorasi metode komunikasi baru.
1620: Bonet menerbitkan karya pertama
Pada tahun 1620, Bonet menerbitkan karya pertamanya. Ia mengusulkan agar tunarungu belajar mengucapkan kata dan menyusun frasa bermakna.
Langkah pertama dalam proses ini disebutnya sebagai alfabet demonstratif, yakni sistem manual di mana tangan kanan membuat bentuk untuk mewakili tiap huruf. Bentuk alfabetnya ini mirip dengan bahasa isyarat tunarungu modern.
1755: Sekolah pertama untuk tunarungu didirikan
Pastor Katolik Prancis, Charles-Michel de l’Épée, menggunakan metode yang lebih komprehensif untuk mendidik para tunarungu di tahun 1755. Hingga pada akhirnya didirikan sekolah umum pertama untuk anak-anak tunarungu di tahun 1755, yakni Institut Nasional untuk Tuna Rungu-Bisu di Paris.
Anak-anak banyak yang datang dengan membawa isyarat dari rumah. Épée kemudian mengadaptasi isyarat-isyarat ini dan menambahkan alfabet manualnya sendiri. Dari sinilah akhirnya tercipta kamus bahasa isyarat.
1817: Sekolah tunarungu di Amerika berdiri
Bahasa isyarat tunarungu kembangan Épée cepat menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Pada 1814, pendeta Thomas Hopkins Gallaudet dari Connecticut memiliki keinginan untuk mengajari tetangganya mengenai bahasa isyarat. Tetangganya merupakan penyandang tunarungu berusia 9 tahun.
Ia pun ke Prancis dan belajar di bawah bimbingan penerus Épée, Abbé Sicard. Tiga tahun kemudian, Gallaudet mendirikan Sekolah Tunarungu Amerika, tepatnya di kampung halamannya, di Hartford, Connecticut.
Sejak saat itu, bahasa isyarat tunarungu pun makin berkembang. Hingga kini, dikenal beberapa bahasa isyarat dengan sistem dan aturan berbeda untuk pengucapan, urutan kata, dan tata bahasa.
Itulah beberapa informasi terkait asal muasal dan perkembangan bahasa isyarat yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu. Moms tertarik untuk mempelajarinya? (M&B/Ayu/RF/Foto: Freepik)