Grey divorce merupakan salah satu fenomena yang saat ini makin sering ditemui dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini dilatarbelakangi oleh angka perceraian pada kelompok usia yang berusia 50 tahun ke atas yang makin meningkat.
Apa saja yang sebenarnya memicu grey divorce dan adakah dampaknya terhadap individu dan keluarga? Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Apa itu grey divorce?
Grey divorce adalah istilah yang digunakan untuk perceraian pada pasangan yang berusia 50 tahun ke atas. Istilah ini menjadi populer karena meningkatnya angka perceraian pada pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah.
Fenomena ini makin populer di banyak negara, terutama di negara-negara Barat. Biasanya grey divorce melibatkan pasangan yang sudah memiliki anak dewasa dan bahkan cucu.
Penyebab meningkatnya grey divorce
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pasangan dengan usia pernikahan yang sudah lama memutuskan untuk melakukan perceraian. Faktor ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal.Beberapa penyebab meningkatnya grey divorce di antaranya:
1. Perubahan sosial dan ekonomi
Penyebab ini sering kali menjadi faktor utama dari banyak pasangan yang memutuskan untuk melakukan grey divorce. Faktor ekonomi yang tidak stabil bisa memungkinkan individu lebih memilih untuk membangun kemampuan finansial lebih mandiri dibandingkan bertahan dalam kesusahan ekonomi saat masih berada dalam hubungan pernikahan.
2. Pertumbuhan individu yang berbeda
Seiring bertambahnya usia, beberapa orang mulai memiliki sudut pandang hingga nilai hidup yang berbeda dan tak jarang berlawanan dengan pasangannya. Hal ini sering kali menciptakan perpecahan dan membuat masing-masing pasangan makin menyadari bahwa tidak ada lagi kesamaan atau chemistry di antara mereka berdua.
3. Masalah hubungan yang tidak terselesaikan
Banyak pasangan yang memilih untuk meninggalkan masalah dan melupakan masalah tersebut tanpa berusaha untuk menyelesaikannya. Masalah yang menumpuk ini bisa menyebabkan problem hubungan jangka panjang, seperti masalah komunikasi, perselingkungan, bahkan masalah rumit yang berujung kepada perceraian.
Banyak pasangan yang merasa tidak bisa menemukan jalan keluar dan solusi dari permasalahan ini hingga kemudian memutuskan untuk berpisah.
Baca juga: 7 Masalah Penyebab Perceraian yang Perlu Dihindari
Tips menghadapi grey divorce
Bagi Anda yang menjadi korban dari grey divorce, baik sebagai pasangan yang bercerai maupun sebagai anak dari pasangan yang bercerai, ada beberapa hal yang bisa Anda terapkan untuk mendapatkan dukungan maupun solusi dalam menghadapinya, yakni:
1. Mencari dukungan emosional
Sebaiknya cari pihak yang bisa memberikan dukungan emosional, seperti konselor atau psikolog, untuk menjauhkan Anda dari kemungkinan mengalami stres atau depresi. Dukungan emosional ini penting untuk membantu Anda melewati proses emosional yang dihadapi saat menghadapi grey divorce.
2. Merencanakan keuangan
Penting untuk menyusun rencana keuangan setelah perceraian. Hal ini akan membantu Anda untuk menghadapi dan mengatur keuangan secara mandiri usai perceraian.
3. Membangun kehidupan sosial yang baru
Bagi Anda yang baru mengalami perceraian, sebaiknya mulailah membangun kehidupan sosial yang baru, jalin hubungan dengan teman-teman atau bahkan mencoba hubungan baru jika memungkinkan. Hal ini bisa menjadi alasan untuk menemukan kembali motivasi dan semangat hidup yang sempat hilang setelah perceraian.
Meskipun grey divorce atau perceraian di usia matang bisa menjadi tantangan besar, pemahaman mengenai grey divorce menjadi penting untuk membantu individu yang berkaitan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar. (M&B/Yesika/RF/Foto: Pexels)