Tanpa disadari, potensi tumbuh bakteri patogen semakin besar saat memasuki musim penghujan. Wajar saja jika di musim ini banyak orang menderita penyakit infeksi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah leptospirosis. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan angka kejadian leptospirosis yang tinggi, seperti dilaporkan oleh International Leptospirosis Society. Penyakit ini menyebabkan kematian sekitar 2,50-16,45 persen.
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya akibat infeksi bakteri Leptospira. Penyakit yang juga dikenal dengan nama 'demam pesawah' atau 'demam banjir' ini dapat ditularkan melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, burung, bahkan serangga.
Di Indonesia, tikus menjadi perantara utama penyakit ini. Urine tikus yang terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata, atau hidung. Urine ini dapat mencemari air kamar mandi di pemukiman. Selain itu, makanan dan minuman yang tidak tersimpan di tempat yang aman juga bisa terkontaminasi urine ini, kemudian dimakan dan diminum oleh manusia.
Masa mulai terinfeksi hingga timbulnya gejala pertama adalah 2 hingga 26 hari. Setelah terkena infeksi, seseorang biasanya akan menderita gejala mirip flu selama 4-7 hari. Berikut gejala awal leptospirosis yang perlu diwaspadai:
1.demam tinggi dan menggigil,
2.sakit kepala,
3.sakit tenggorokan,
4.batuk,
5.lesu dan lemah,
6.muntah sampai diare,
7.radang mata (konjungtivitis),
8.nyeri otot, terutama di bagian betis dan punggung, serta
9.takut cahaya.
Bila tidak segera ditangani, leptospirosis dapat mengakibatkan muntah darah, gagal ginjal, meningitis atau peradangan membran otak dan saraf tulang belakang, gagal hati, serta kesulitan bernapas. (Aulia/doc.M&B)