Ada beberapa keterampilan dasar yang harus dimiliki Si Kecil ketika ia mulai berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan ini lah yang akan membantunya memiliki hubungan sosial yang baik kelak.
Keterampilan #3
Membela Kebenaran
Memiliki kepercayaan diri dan berani mengambil keputusan untuk tak ikut-ikutan mengolok-olok seorang temannya, atau bahkan membela Sang Teman yang tertindas tersebut, merupakan hal yang penting untuk diajarkan kepada Si Kecil. Ada satu hal yang diperlukan agar ia memiliki keterampilan untuk membela yang benar, yaitu rasa empati (mengerti bahwa Si Korban sedang disakiti).
Tips:
Biasanya, balita masih berfokus pada peraturan-peraturan yang Anda berikan kepadanya, dan mereka akan tahu bahwa mem-bully atau merendahkan orang lain adalah tindakan yang tidak baik. Jadi, jika melihat tindakan tersebut, ia pasti akan melapor kepada Anda. Terapkanlah teori empati jika ia memang mengatakan ada anak di sekolahnya yang diolok-olok oleh teman lain. Katakan kepadanya, “Ya, mengejek teman memang tidak baik. Bukankah tidak enak rasanya kalau ada orang yang menyebut kamu Si Gembrot?” Hal ini akan membantu mereka mengenal perasaan jika direndahkan dan cenderung membela orang lain yang merasa direndahkan. Sebaliknya, jika Anda menemukan Si Kecil menjadi pem-bully atau suka mengolok-olok temannya, jalankan skenario yang sama, yaitu dengan mengatakan, “Bagaimana jika ada orang lain yang melakukannya kepadamu? Bagaimana perasaanmu?” Dengan begini, ia terbiasa dengan rasa empati pada sesama. Latihlah Si Kecil untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, misalnya dengan berkata, “Apa yang akan kamu rasakan saat Olivia mengatakan kamu tak boleh main bersama ia dan teman-temannya?” Hal ini menjadi latihan yang baik bagi anak untuk membangun rasa empati.
Keterampilan #4
Menjadi Aktor yang Baik
Keterampilan ini dimaksudkan agar Si Kecil mengetahui emosi apa yang harus ditunjukkan dan mana yang sebaiknya disimpan sendiri saja, atau diekspresikan nanti. Keterampilan ini juga membuat Si Kecil belajar bagaimana menahan kejujurannya demi menjaga perasaan orang lain, misalnya, ketika ada saudara yang memberikan Si Kecil hanya mobil-mobilan kecil ketika semua sepupunya yang sepantaran mendapat hadiah yang lebih bagus. “Walaupun ia merasa sangat kecewa dan sedih, ajar ia untuk menyimpan kesedihannya sementara waktu, dan jangan mengekspresikan di depan orang yang mengecewakannya. Hal yang sama juga bisa diaplikasikan dengan teman lainnya,” ujar Erika.
Tips:
Pada rentang usia balita, agak sulit untuk Si Kecil memalsukan perasaannya, karena ini merupakan sebuah respons impulsif. Namun, Anda dapat membantunya dengan terus mengingatkan, misalnya ketika Si Kecil menangis, “Tetapi aku ngga mau hadiah kaus kakiiiiiiiiiiiiiiiii!”, katakan padanya, “Äpa pun hadiah yang kamu dapat, ucapkanlah terima kasih karena mereka telah berusaha meluangkan waktu untuk membelikanmu hadiah ini.” Katakan juga bahwa ia bisa mengeluh tentang kado kaus kaki yang tak diinginkannya itu kepada Anda, tetapi tidak di depan orang lain.
Keterampilan #5
Mengenal Otoritas
Memiliki anak yang penurut dan mau mengikuti setiap perkataan Anda memang sebuah anugerah. Namun tahukah Anda, pada usia balita, Si Kecil seharusnya memiliki kemampuan untuk bertanya mengapa Anda selalu memintanya untuk ini dan itu? Kata-kata seperti “Tidak!” atau “Mengapa?” adalah bentuk Si Kecil mempertanyakan kekuasaan atau otoritas. Di balik pertanyaan “Mengapa?”, ada sebuah kalimat tak terucap, “Mengapa Mama atau Papa memiliki kekuatan untuk mengatur atau melarang tindakanku?”
Tips:
Yang harus dilakukan ketika Si Kecil terus mempertanyakan otoritas Anda adalah mengajarkan untuk melakukannya dengan baik. Misalnya, minta ia mengatakan, “Mengapa aku ngga boleh naik ke atas meja, Ma?” dengan baik, daripada menjerit dan menangis. Menurut Erika, sebaiknya Anda juga tak menolak pendapat atau melarang semua permintaan Si Kecil, karena proses ini juga menjadi bagian yang penting dalam tumbuh-kembangnya.
Baca juga: Belajar untuk Kalah (1)
(OCH/ Dok. Free Digitalphoto)