Hampir setengah juta bayi terpaksa meninggal di awal kehidupan mereka akibat kondisi lingkungan yang tidak higienis. “Ada hubungan antara tangan yang kotor, air kotor, dan kematian bayi sejak 150 tahun yang lalu. Jadi, kita tidak lagi dalam situasi menunggu jawaban, melainkan menunggu aksi,” ujar Chief Executife WaterAid, Barbara Frost.
Berdasarkan data dari badan amal tersebut, 1 dari 5 newborn yang meninggal di bagian negara berkembang sebenarnya bisa diselamatkan hanya dengan memandikan mereka dengan air bersih dan dirawat di lingkungan yang sehat oleh orang-orang yang rajin mencuci tangan.
Dilansir melalui BabyCenter, hal ini senada dengan laporan PBB bahwa 38 persen fasilitas kesehatan di 54 negara berkembang tidak memiliki akses suplai air bersih. WHO sendiri mengungkapkan dari 5 toilet yang ada, lebih dari 3 toilet tidak dilengkapi dengan tempat mencuci tangan dan sabun. Yang lebih mengejutkan, ada banyak daerah yang perlu mengakses sejauh 500 meter terlebih dahulu untuk mendapatkan air bersih.
Bayi di bagian Sahara, Afrika, 30 kali lebih tinggi mengalami kematian karena disebabkan oleh infeksi dibandingkan dengan bayi-bayi di negara berkembang. Mary Mwape, seorang bidan di Zambia, menyebutkan, “Melakukan persalinan di lingkungan tanpa air bersih sangat berbahaya bagi newborn. Ketika membasuh bayi setelah memotong tali pusatnya, mampu mengakibatkan bayi mengalami neonatal tetanus atau sepsis.”
“Kami tahu kami seharusnya mencuci tangan sebelum menangani pasien, namun bagaimana bisa kami melakukan itu dalam situasi tidak ada air sama sekali?” ujar Mary. Karena itu, PBB memutuskan akan menambah target-target baru untuk mengatasi masalah ini. (Sagar/DT/Dok. M&B)