Banyak mitos seputar alergi beredar di masyarakat. Meski begitu, Anda jangan langsung percaya sebab mitos-mitos tersebut belum sepenuhnya benar. Menurut Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes, Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, alergi merupakan suatu reaksi yang menyimpang dari rangsangan dari luar tubuh. Ini bisa berupa makanan, debu, atau obat-obatan.
Penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, alergi makanan, dan dematitis atopi diderita oleh 30-40 persen dari total populasi di seluruh dunia. “Saat ini angka penderita alergi meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Tetapi, peningkatannya di negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan di negara berkembang. Sedangkan untuk di negara berkembang, penduduk di perkotaan jauh lebih banyak mengalami alergi daripada penduduk yang berdomisili di pedesaan,” ujar Profesor Budi.
Hal ini disebabkan semakin banyak orang yang terkena infeksi, sehingga semakin kecil kemungkinan ia menderita alergi. Itulah mengapa di perkotaan yang hampir seluruh penduduknya jarang mengalami infeksi, lebih berisiko menderita alergi.
“Apabila terjadi alergi pada anak dan kita tidak betul penanganannya atau terlambat untuk memastikan kalau seorang anak alergi atau tidak, ini akan dapat mengganggu tumbuh-kembang anak. Jadi, perlu ada peningkatan pemahaman akan alergi sejak dini, agar alergi tidak menghambat potensi Si Kecil,” tutup Profesor Budi, seperti dikutip melalui acara “Morinaga Allergy Week” pada Jumat (17/04) di KalCare, Lotte Mall Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan. (Sagar/DT/Dok. M&B)