Para ahli baru-baru ini mengungkapkan bahwa bayi yang lahir di minggu ke-22 seperempatnya dapat diselamatkan jika diberikan perawatan yang tepat. Dan sekarang dengan kemajuan teknologi dalam bidang medis membuat kesempatan hidup mereka menjadi lebih besar.
Dahulu, 5.000 bayi prematur usia 22-27 minggu yang dilahirkan di Amerika, hanya 5 persen bayi kelahiran usia 22 minggu yang berhasil selamat. Sedangkan di Inggris tingkat keberhasilan hidup para bayi tersebut hanyalah 3 persen saja. Namun, penelitian US yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, menyebutkan penanganan seperti intubasi, ventilasi, dan alat bantu paru-paru akan sangat membantu kondisi bayi melewati masa-masa kritis.
Dilansir melalui Daily Mail, penelitian ini pun digunakan dalam banyak kampanye untuk meminta tim medis berjuang menyelamatkan bayi prematur. Sebab, pada awal 2015, sebuah pedoman baru di Inggris menetapkan dokter tidak harus selalu campur tangan menyelamatkan bayi prematur hanya karena teknologi masa kini memperbesar kesuksesan mereka untuk tetap hidup. Dokter dianjurkan untuk memeriksa terlebih dahulu manfaat-manfaat potensial dari keberlangsungan perawatan kasus per kasus.
“Meski area ini cukup kontroversial, saya rasa setiap bayi memiliki kesempatan untuk hidup dan mendapatkan perawatan,” ujar Dr Edward Bell, pemimpin penelitian sekaligus professor pediatric di Iowa University, AS. Mark Bhagwandin, juru bicara dari badan amal Life, pun menambahkan bahwa badan amal mereka sudah lama sekali menyuarakan masalah ini untuk ditinjau kembali. Menurutnya, banyak bayi prematur yang mampu bertahan hidup. Jadi, tidak ada alasan dokter memilih-milih kasus bayi prematur mana yang bisa diselamatkan atau tidak diselamatkan. (Sagar/DT/Dok. M&B)