Ketika Anda memeriksa saku celana Si Kecil, Anda sering menemukan mainan dan barang-barang milik temannya ataupun dari kerabat yang baru saja Anda kunjungi bersamanya. Kebiasaanya buruk itu tentu membuat Anda resah. Mengapa itu bisa terjadi?
Sebenarnya, balita yang mengambil atau mencuri barang belum mengerti akan konsep nilai. Ia juga tidak mengerti bahwa barang yang ia ambil itu termasuk barang yang berharga bagi orang lain.
Orangtua yang mengetahui anaknya mencuri apalagi terjadi berulang, umumnya akan dilanda rasa malu, resah, panik, dan khawatir akan menjadi kleptomania. Namun, Anda perlu mengendalikan emosi. Jelaskan dengan tenang dan tegas pada Si Kecil bahwa tindakan mengambil barang milik orang lain tanpa izin adalah perbuatan yang salah dan tercela. Anda juga dapat menerapkan konsekuensi, seperti mengembalikan barang kepada pemiliknya dan menyuruhnya untuk meminta maaf.
Tindakan mencuri ini bisa dipengaruhi oleh bermacam alasan. Memberontak terhadap orangtua, rasa ingin memiliki, atau sekadar mencari perhatian, bisa menjadi faktor seorang anak melakukan perbuatan ini. Tindakan mencuri seperti ini perlu diatasi dengan pendekatan yang tepat dan diberi pengertian sejak dini, agar kebiasaan tersebut segera menghilang. Namun, bila kebiasaan mencuri terus berlanjut sampai ia memasuki usia sekolah, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk mengatasi dan menanganinya. Anda juga perlu mencari tahu latar belakang di balik tindakannya. Jangan sampai mencuri menjadi kebiasaan yang berlanjut yang akan menjadi masalah besar saat ia beranjak dewasa nanti. (Aulia/doc.M&B)