TODDLER

Mewarnai, Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus



Moms, pernahkah Anda mendengar kisah tentang Iris Grace? Ia adalah anak perempuan dari Inggris yang piawai melukis, meski menderita autisme. Karya-karya Iris dibeli oleh para kolektor dan dipuji memiliki nilai seni tinggi. Iris yang menderita autisme sendiri mengaku merasa tenang saat melukis dan mendengarkan musik klasik.

Ya, melukis dan musik yang merupakan seni dapat menjadi terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan autisme. Menurut American Art Therapy Association, terapi seni dapat mengelola mental dan emosional manusia. Dan, khusus untuk anak dengan autisme atau berkebutuhan khusus, terapi seni dapat membantu mereka dalam berekspresi dan berkomunikasi.

Terapi seni sudah banyak diaplikasikan oleh sekolah-sekolah berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Khusus Spectrum di Bintaro. Di sekolah ini, para murid khususnya yang setara dengan usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), diajarkan melukis, membuat keramik, dan bermusik.

Tujuannya tidak lain adalah untuk melatih para murid agar dapat mengelola emosinya dan tetap tenang. “Anak-anak istimewa seperti ini terkadang emosinya meledak-ledak dan sulit ditenangkan. Namun, ketika mereka diajak untuk berketerampilan dan belajar seni, mereka bisa tenang,” kata Hanif, seorang guru di Spectrum.

Hal itu pun terlihat ketika murid-murid Spectrum diundang untuk melukis keramik di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, pada Jumat lalu (23/10). Ada 24 anak dari Spectrum yang sangat hadir dalam kegiatan ini. Mereka tampak sangat menikmati kegiatan memadukan warna dan mewarnai keramik.

Menurut Hanif, para murid sudah terbiasa mewarnai, melukis, maupun membuat keramik. Di sekolah, mereka melakukannya 2 kali dalam seminggu. Setiap tahunnya, mereka pun akan memamerkan hasil karya yang dibuat dalam acara pameran sekolah. Selain itu, sesekali karya mereka juga dipajang di pameran kerajinan yang diadakan di mal dan tempat lainnya. (Meiskhe/DC/Dok. M&B UK)