BABY

Awas! Cairan Pembersih Bisa Membuat Si Kecil Buta



Moms, membersihkan rumah bersama Si Kecil memang tetap memiliki risiko. Mata Si Kecil bisa saja terpercik bahan kimia dari produk-produk pembersih yang Moms gunakan. Menurut penelitian JAMA Ophthalmology, sedikit saja percikan bahan kimia pada mata Si Kecil dapat menyebabkan kebutaan, lho!

Penelitian ini mengungkap fakta bahwa anak usia 1 dan 2 tahun adalah yang paling sering mengalami iritasi mata berat akibat cairan kimia. Dari tahun 2010-2013, insiden itu terjadi setidaknya 140.000 kali. Mirisnya, hampir semua kejadian itu terjadi di rumah, tempat yang orang tua kira adalah tempat teraman untuk Si Kecil.

Detergent pods yang terlihat seperti bungkusan permen, juga berbahaya bagi anak. Menurut penelitian tersebut, di tahun 2012-2013, setidaknya ada 17.000 anak di bawah 6 tahun yang matanya iritasi karena cipratan detergent pods (yang mereka remas hingga pecah).

Jika hal itu terjadi, segera bilas dengan air mengalir selama 20 menit. “Selama bahan kimia ini tetap berada di mata, rasa terbakar di mata akan terus terasa, semakin lama dibiarkan, semakin besar masalah,” ungkap Dr. Cecil J. McCollum, dokter mata sekaligus direktur layanan darurat di Callahan Eye Hospital, Birmingham.


Dampaknya juga berbeda-beda pada tiap anak, Moms. Si Kecil bisa mengalami iritasi, penurunan daya penglihatan, atau bahkan kebutaan. iritasi yang terjadi dapat membakar kelopak mata dan membuat bekas luka permanen. Mata juga bisa terlihat menurun, atau seperti kelebihan daging yang keluar dari kelopak mata.


Kornea mata biasanya terlihat bersih, tetapi setelah terjadi iritasi akibat bahan kimia, lapisan pertama dari kornea bisa meninggalkan bekas luka setelah sembuh. “Sayangnya, bekas luka di kornea mata tersebut bisa mengakibatkan kebutaan,” kata Dr. McCollum, yang menangani kasus seperti ini beberapa bulan terakhir.

“Segera mengambil langkah untuk menjauhkan pembersih seperti pembersih toilet, detergen cair, dan sebagainya di tempat yang tak dapat dijangkau oleh anak-anak, terutama ketika sedang tidak digunakan,” saran Dr. R. Sterling Haring, dari Harvard Medical School. (Rita/TW/Dok. Nytimes.com)