Ada banyak pasangan yang enggan menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur kehamilan. Mereka lebih memilih menggunakan metode alami. Apa saja itu?
1. Metode kalender
Metode ini digunakan berdasarkan periode ovulasi wanita dikalkulasikan selama 12 periode menstruasi sebelumnya. Caranya dengan mengurangi 18 hari dari masa menstruasi terpendek, dan 11 hari dari periode menstruasi terpanjang dalam 12 siklus terakhir menstruasi yang masing-masing merupakan hari subur pertama dan terakhir. Dengan cara ini Anda akan mendapatkan gambaran tentang hari dimana tubuh berovulasi. Efektivitas dari metode ini adalah sekitar 80 persen.
2. Metode suhu basal tubuh
Metode kontrasepsi ini dengan menghitung peningkatan suhu tubuh sebelum melakukan hubungan seksual. Suhu basal tubuh wanita saat sedang dalam masa ovulasi berbeda dengan suhu tubuh sehari-hari. Ketika ovulasi, tubuh mengalami pergeseran suhu tubuh hingga 0,5 derajat. Namun metode ini dianggap tidak memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena tidak mudah mengukur suhu tubuh dengan tepat.
3. Coitus interruptus (Senggama terputus)
Coitus interruptus adalah metode kontrasepsi alami yang sangat bergantung pada kewaspadaan laki-laki saat akan ejakulasi. Metode ini sudah sering digunakan oleh banyak pasangan dengan keberhasilan sekitar 65 persen. Metode ini benar-benar memerlukan ketepatan waktu bagi pria untuk menarik penis saat bersenggama.
4. Metode lendir serviks
Memasuki masa ovulasi, vagina Anda akan basah oleh lendir serviks selama berhari-hari dan vagina pun akan cenderung lembap. Metode lendir serviks dilakukan dengan mengamati lendir yang dihasilkan oleh serviks. Setidaknya ada 10 hari basah dalam siklus 28 hari menstruasi. Hari basah mulai dengan 2 sampai 3 hari ditandai dengan lendir putih yang lengket, diikuti oleh 3 sampai 5 hari lendir berlimpah dan licin. Setelah itu, Anda akan mendapatkan lendir yang lengket di 3 hari sebelum masa subur berakhir. Tingkat keberhasilan menggunakan metode ini adalah sebanyak 78 persen. (Gita/SR/Dok.Freedigitalphotos)