FAMILY & LIFESTYLE

SMART, Kunci Sukses Resolusi Hidup Sehat!



Moms, New Years Resolution Statistics menunjukkan angka yang mengejutkan! Diketahui bahwa 45% orang dewasa Amerika membuat resolusi tahun baru setiap tahunnya. Akan tetapi, hanya sekitar 8% yang mampu bertahan hingga lebih dari 6 minggu. Artinya, sebagian besar resolusi itu tak bertahan lama alias gagal total!

Kenapa banyak resolusi yang tidak bertahan? Penyebabnya, banyak di antara kita yang tampaknya tidak sungguh-sungguh dalam menetapkan perubahan-perubahan yang ingin dilakukan berdasarkan resolusi yang sudah disusun tersebut.


"Sebagian besar hanya sekedar ikut-ikutan meramaikan membuat resolusi tahun baru, padahal dirinya belum menginginkan perubahan tersebut," papar Dra. Irna Minauli, MSi, Psikolog., Direktur Minauli Consulting, Medan.


Umumnya, perubahan perilaku yang paling lazim dibuat dalam resolusi tahun baru umumnya mencakup target peningkatan diri dalam karir dan pendidikan, penurunan berat badan, finansial (menabung misalnya), memperbaiki relasi (misalnya menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga), serta mengubah gaya hidup lebih sehat seperti rutin berolahraga, berhenti merokok dan sebagainya.


Nah, mengapa banyak resolusi yang tidak bertahan lama? Untuk mengetahui penyebabnya, kita perlu mengetahui evel perubahan perilaku yang terjadi. Dalam Health Psychology, Jane Ogden menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dari precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance.


Pada tahap precontemplation, seseorang sebenarnya belum memiliki keinginan untuk berubah. Misalnya, seseorang memiliki target menurunkan berat badan, akan tetapi ia masih mengonsumsi makanan berlemak.

Kemudian, pada tahap contemplation, ia mungkin sudah merasakan dampak buruk dari terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak bahkan secara berleihan, misalnya berat badan malah terus bertambah.


Nah, selanjutnya seseorang biasanya mulai melakukan persiapan untuk mengurangi makanan berlemak, misalnya mencari informasi mengenai menu makanan apa saja yang sehat dan sebaiknya dikonsumsinya.

Selanjutnya, mereka akan masuk tahap Action misalnya mengganti makanan berlemak dengan lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan Akan tetapi, pada tahap ini terkadang orang akan mengalami 'kekambuhan' (relapse) ingin kembali menyantap makanan berlemak karena tergiur sehingga tidak sampai pada tahap maintenance atau mempertahankan perubahan perilaku tersebut.


Justru yang paling sulit dalam mempertahankan perubahan perilaku adalah pada tahap maintenance. Banyak orang yang sudah melakukan persiapan dengan baik namun tidak dilaksanakan, apalagi dipertahankan. Misalnya, betapa banyak orangtua yang sudah menyiapkan atau membeli sepatu olah raga bahkan peralatan olahraga yang harganya mahal. Namun kemudian hampir tidak pernah digunakan. Sayang sekali ya!

Perlu Action Plan

Ada beberapa kiat yang dapat digunakan dalam melakukan rencana tindakan (action plan), yang biasanya dikenal dengan singkatan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-based).

Perubahan yang diinginkan harus diurai dalam satuan yang jelas, terukur, dapat dicapai, realistis dan memiiliki batasan waktu. Kegagalan yang terjadi umumnya karena banyak yang menetapkan target yang tidak realistis. Misalnya, menurunkan berat badan 15 kg dalam waktu 3 bulan. Nah, kan?

Selain berbahaya bagi kesehatan, target yang tidak tercapai seringkali membuat orang menjadi frustrasi dan akhirnya menyerah tidak mau melakukan perubahan lagi.

Lalu, secara konkret bagaimana menerapkan rumusan SMART tersebut? Berikut contohnya:

1. Specific


Bila Anda ingin menurunkan berat badan, coba tentukan berapa kilogram berat badan yang ingin diturunkan. Katakanlah, Anda menargetkan turun berat 5 kilogram.



2.Measurable


Target yang ditentukan itu harus dapat diukur. Misalnya, dengan melakukan penambangan berat badan untuk mengetahui perkembangan atau pencapaian yang diraih.



3.Achievable


Target itu sebaiknya dapat diraih. Misalnya, Anda menentukan target dalam waktu 5 bulan. Jika targetnya terlalu ambisius, misalnya Moms ingin berhasil dalam 1 bulan maka selain tak baik bagi kesehatan juga dapat menimbulkan frustasi ketika tak tercapai.



4.Realistic


Sesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan yang ada. Misalnya, kalau malas bangun pagi untuk berolahraga maka dapat dilakukan di sore hari.



5.Time-Based


Tentukan waktu dimana target tersebut dapat dipenuhi. Misalnya, untuk pencapaian selama 5 bulan. Kemudian, maintenance selanjutnya dipantau setiap bulan.



Martin Seligman, mengatakan ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) banyak dialami oleh mereka yang ingin menurunkan berat badan. Misalnya, mereka mencoba beragam diet, berlatih beragam olah raga, namun ternyata mereka tidak juga mengalami penurunan berat badan. Alhasil, mereka kemudian menyerah dan membiarkan tubuhnya menjadi semakin gemuk.

Oleh karenanya, perubahan perilaku harus dimulai dari hal kecil dan sederhana. Misalnya, berjalan kaki 30 menit sehari dan melakukan pola makan yang masih sesuai namun dengan jumlah yang lebih terbatas.

Nah, selamat mencoba ya Moms!


(Hilman/Dok. Freepik.com)