Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia meningkat dari 16,8 persen pada tahun 2007 menjadi 31,4 persen pada tahun 2013. Sedangkan Data International Diabetes Federation pada tahun 2015, memperkirakan penyandang diabetes di Indonesia mencapai 10 juta jiwa. Tingginya jumlah penderita berbanding lurus dengan angka kematiannya, yang ditunjukkan melalui Data Sample Registration Survey pada tahun 2014. Dari data tersebut, diabetes menjadi salah satu penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia, setelah stroke dan penyakit jantung koroner.
Menurut Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, pakar gizi dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kultur rasa di mana masyarakat Indonesia menyukai rasa manis pada hidangan yang dikonsumsi menjadi salah satu penyebab tingginya angka obesitas dan diabetes tersebut. Kultur ini tampak jelas salah satunya melalui kegemaran masyarakat memberikan gula tambahan (contohnya gula pasir) pada minuman seperti teh dan kopi. Agar masalah kesehatan tersebut tidak terus menghantui, WHO menyarankan untuk memperbanyak aktivitas fisik dan diet, serta membatasi asupan gula tambahan.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali memberikan anjuran konsumsi gula berdasarkan kelompok umur yang berlaku untuk laki-laki dan perempuan sebagai berikut:
No | Kelompok Umur | Anjuran Konsumsi Gula (gram) |
1 | 7-12 bulan | 6-8 |
2 | 1-3 tahun | 13-25 |
3 | 4-6 tahun | 20-39 |
4 | 7-9 tahun | 23-45 |
5 | 10-12 tahun | 26-51 |
6 | 13-15 tahun | 30-60 |
7 | 16-18 tahun | 33-65 |
8 | 19-29 tahun | 32-64 |
9 | 30-49 tahun | 30-59 |
10 | 50-60 tahun | 28-56 |
11 | >60 tahun | 26-51 |
Catatan: 1 sendok teh +/- 4 gram
Sedangkan dr. Saptawati dalam acara peluncuran Sugalife, menyarankan konsumsi gula tambahan per hari tidak melebihi 12 sendok teh pada orang dewasa dan 10 sendok teh pada anak.
Pembatasan ini juga perlu disertai dengan aktivitas fisik. Tanpa aktivitas fisik, gula yang dikonsumsi akan menumpuk menjadi lemak yang lambat laun dapat menyebabkan obesitas. Sebaliknya dengan aktivitas fisik, kalori dari gula yang dikonsumsi akan terbakar sehingga tidak menumpuk menjadi lemak. Jika Anda masih sulit mengurangi konsumsi gula pasir, Anda dapat perlahan mencampurnya dengan pemanis alami seperti gula kayu yang dapat menghambat kenaikan kadar gula dalam darah. (Claudia Carla/HH/Dok. Freepik.com)