Makanan yang dikonsumsi tentunya tidak sekadar untuk bertahan hidup dan agar tubuh tetap sehat. Akan tetapi, banyak fungsi lain yang bisa dipetik. Salah satunya, bagi anak-anak, makanan berfungsi untuk meningkatkan kecerdasan.
Ya, kekurangan gizi dapat menyebabkan anak tak mampu bersaing di kemudian hari. Demikian dipaparkan Prof. Dr. Hardinsyah MS, Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia dan Ketua Umum AIPGI 2017 pada acara Journalist Goes to Campus, di Hotel Santika, Bogor, Selasa (23/08), yang diselenggarakan oleh Danone dan FEMA IPB.
Bahkan, ada yang mengatakan bahwa gizi merupakan investasi untuk sehat sejahtera. Tak heran bila dr. David Nabaro mengatakan, “Gizi yang buruk akan menghasilkan kemiskinan. Sebaliknya perbaikan gizi sedini mungkin akan jadi fondasi yang kokoh untuk membatu tiap orang, keluarga dan bangsa bebas dari kemiskinan.”
Masalahnya, faktor utama yang memengaruhi seseorang dalam membeli makanan dan minuman sebanyak 84 persen adalah dari segi rasanya. Kemudian, 72 persen memilih dari segi harga. Lalu, hanya 64 persen yang mempertimbangkan segi kesehatan/gizi yang terkandung dalam makanan/minuman tersebut. Jadi, pemilihan makanan bergizi belum menjadi prioritas.
Laporan UNICEF pada tahun 2015 menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia menyebabkan banyak anak di usia 2 tahun yang mengalami stunting. Data tahun 2013 menunjukkan anak yang mengalami stunting sebanyak 19,2 persen. Data Riskesdas 2013 memaparkan pula prevalensi anak yang mengalami anemia sebanyak 28,1 persen adalah usia di bawah 5 tahun. Kemudian, sebanyak 26,4 persen anak usia sekolah serta wanita hamil sebanyak 37,1 persen. Kemudian, anak dengan berat badan rendah mencapai 13,9 persen pada tahun 2013.
Kemudian, berbagai penyakit degeratif seperti stroke tak hanya diderita kalangan menengah ke atas. Ternyata kasus obesitas juga meningkat pada usia remaja. Konon, sebanyak 2/3 anak stunting cenderung menjadi gemuk. Kasus hipertensi juga sudah banyak dialami orang yang berusia 30 tahunan.
Karena itulah, masalah masalah kurang gizi dan kurang pangan harus ditangani. Pembangunan pangan dan gizi perlu kebijakan dan program yang holistik, teruji, terencana dan terstruktur.
Edukasi gizi seimbang memang perlu terus digaungkan. Gizi seimbang adalah pemenuhan kebutuhan gizi untuk mencegah kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Masalahnya, banyak orang yang mengeluhkan sulit memahami gizi seimbang, tidak seperti “slogan 4 sehat 5 sempurna” yang mudah dipahami.
Nah, agar memudahkan bahasa edukasi gizi maka yang perlu dikampanyekan adalah istilah 5 sehat 8 sempurna. Apakah itu?
Lima sehat yaitu:
1. Pangan pokok
2. Lauk pauk
3. Sayur buah
4. Minuman
5. Membatasi gula, garam dan minyak
Delapan sempurna, yaitu:
6. Aktivitas fisik
6. Aktivitas fisik
7.Menjaga kebersihan
8. Cek gizi dan kesehatan
(Hilman/dok.freepik.com)