Setiap orang pasti punya kegemaran mengonsumsi makanan atau minuman, yang memuaskan indera pengecapnya. Namun bagaimana bila seseorang hobi mengonsumsi sesuatu yang berbahaya bagi tubuh? Keinginan aneh itu, disebut pica craving.
Apa itu gangguan PICA?
Pica merupakan gangguan makan yang membuat seseorang mengonsumsi hal-hal yang tidak layak dikonsumsi dan tidak memiliki nilai gizi. Pica diambil dari bahasa Latin, yang merupakan nama sebutan bagi spesies burung, Pica, yang gemar memakan benda apapun. Dilansir WebMD, sebanyak 4-25 persen orang yang memiliki gangguan makan mengalami gejala pica. Walaupun belum ada penyebab yang pasti, pica erat kaitannya dengan cacat tubuh, keterbelakangan mental dan emosi, serta gangguan obsesif-kompulsif terhadap sesuatu. Seseorang bisa dikatakan mengidap gangguan pica bila selama sebulan ia mengonsumsi hal-hal yang tidak wajar.
Pica bisa dialami siapa pun, termasuk anak-anak dan ibu hamil.
Bila gangguan pica terjadi pada anak, hal itu bisa disebabkan oleh sifat anak yang senang mengeksplorasi banyak hal dan memasukan benda-benda ke dalam mulutnya. Peran orangtua sangat penting untuk mencegah anak mengalami gangguan ini. Anak usia 1-6 tahun merupakan individu yang rentan mengalami gangguan pica.
Bila gangguan terjadi pada ibu hamil dan orang dewasa, para peneliti merujuk adanya masalah psikologis, perubahan keinginan akibat penerapan diet, ketagihan terhadap tekstur tertentu dalam mulut, hingga masalah sosial-ekonomi. Kekurangan zat besi dalam tubuh atau anemia diduga menjadi penyebab gangguan pica. Para penderita pica pun harus mendapatkan terapi psikologi-kognitif untuk mencegah kerusakan organ tubuh dan malnutrisi. (Gita/SR)
Baca: Pica Craving (3): 4 Makanan Aneh yang Jadi Idaman.