Pernahkah Moms merasakan nyeri yang hebat pada puting saat menyusui Si Kecil? Jika ya, bisa jadi Moms mengalami mastitis. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mastitis memang salah satu masalah yang paling sering terjadi pada ibu menyusui. Untuk itu, mari kenali dan cegah terjadinya mastitis dengan mengetahui 20 fakta dari IDAI berikut ini. Informasi ini didapat dari dr. Ema Alasiry, Sp.A, dalam tulisannya untuk IDAI yang bersumber dari Buku Indonesia Menyusui.
-
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi.
-
Diperkirakan sekitar 3-20 persen ibu menyusui dapat mengalami mastitis.
-
Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.
-
Dalam proses mastitis, dikenal juga istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Statis ASI adalah ketika ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak. Jika ASI masih tidak dikeluarkan, akan terjadi mastitis tanpa infeksi, dan jika telah terinfeksi bakteri maka disebutlah mastitis terinfeksi.
-
Gejala mastitis adalah demam dengan suhu tubuh lebih dari 38,5º C, nyeri di seluruh tubuh, payudara kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan sangat nyeri.
-
Bayi menolak menyusu juga bisa menjadi gejala mastitis, karena mastitis meningkatkan kadar natrium dalam ASI yang membuat ASI terasa asin.
-
Secara fisik, gejala mastitis adalah timbulnya garis-garis merah ke arah ketiak.
-
Mengosongkan ASI di payudara setiap 3-4 jam dapat membantu mencegah mastitis.
-
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya saluran ASI karena pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung (yang dapat berakhir dengan mastitis).
-
Langkah awal mengatasi mastitis adalah dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) pada puting dan areola, kemudian biarkan mengering.
-
Terapi menggunakan bantuan bahan penyembuh luka seperti lanolin dapat membantu meredakan peradangan puting. Biarkan meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu.
-
Meskipun ibu menyusui seringkali tidak mau mengonsumsi obat, namun ibu dengan mastitis dianjurkan untuk mengonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
-
WHO (World Health Organization) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan mastitis, jika: mastitis terjadi berulang, pengobatan dengan antibiotik tidak ada respons positif dalam 2 hari, mastitis terjadi di rumah sakit, penderita alergi pada antibiotik atau pada kasus berat.
-
Mastitis tidak selalu memerlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis.
-
Jika gejala mastitis masih ringan (dan kurang dari 24 jam), maka perawatan konservatif dengan mengalirkan ASI dan perawatan suportif sudah cukup membantu. (Tiffany Warrantyasri/Dok. Freepik)
Baca juga:
7 Mitos dan Fakta seputar Menyusui