Penyakit campak dan gizi buruk harus dihindari bayi usia lima atau tiga tahun ke bawah. Karena efek bagi kesehatan bagi bayi sangat signifikan yang bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Yang mana modal awal mereka untuk berkompetisi di masa depan
Dokter Spesialis Anak,Dimas Dwi Saputro, mengatakan, strategi pengobatan campak dan gizi buruk dilakukan dengan orang tua mendatangi pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan diagnosis sedini mungkin. Tujuannya, agar kedua hal itu bisa ditemukan sejak dini dan pengobatan dapat segera dilakukan.
“Pasien dengan demam dan ruam yang berawal dari kepala lalu menjalar ke seluruh tubuh, disertai gejala ISPA atau diare, dan belekan, perlu dicurigai sebagai campak,” kata Dimas di Agats, Papua, Kamis (18/1) seperti rilis yang diterima redaksi Mother&Baby, Jumat ( 19/1/2018).
Dimas menambahkan, diagnosis gizi buruk langsung diduga pada anak dengan klinis sangat kurus, tampak tulang iga pada badannya, tampak gelambir kulit pada bokongnya (seperti baggy pants), dan wajah keriput seperti orang tua. “Selanjutnya kita tentukan klasifikasinya apa gizi buruk saja atau campak saja, atau campak disertai gizi buruk,” ucap Dimas.
Apabila terdiagnosis campak, pasien lansung ditangani infeksinya dengan antibiotik, lalu diberikan asupan nutrisi optimal, dan diberikan vitamin A. Terapi komplikasi campak seperti diare, pneumonia, dehidrasi karena asupan kurang, penurunan kesadaran, juga diberikan jika hal-hal tersebut ditemukan.
“Untuk gizi buruk, kami berikan nutrisi susu dengan formulasi khusus yang kami buat sendiri, yaitu susu formula ditambah gula, ditambah minyak dan mineral mix. Sayangnya minyak dan mineral mix tidak tersedia di sini sehingga hanya susu dan gula saja. Tujuannya memberikan kalori dengan formula F75 dan F100 (susu dgn kalori yang padat untuk kejar tumbuh),” jelas Dimas.
Selain itu diberikan pula antibiotik pada penderita gizi buruk dengan infeksi, dan vitamin A, asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun dilakukan setiap pagi.
Adapun Kejadian Luar Biasa (KLB) campak disebabkan imunisasi yang tidak lengkap plus kondisi geografis yang menyulitkan untuk mendapatkan pengobatan. Belum lagi, ketidaktahuan orang tua akan jadwal imunisasi dan sulit melakukan edukasi pada orang tua, membuat semakin rendah cakupan imunisasinya.
Namun demikian, masyarakat diimbau lakukan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari agar mencegah penularan sakit infeksi. “Mencukupi asupan makanan yang sesuai jumlah, jenis makanan, dan jadwal makan,” tutup dokter Dimas. (Qalbinur Nawawi/Dok. Pexels)