Umumnya bayi akan mengalami kerontokan rambut saat ia menginjak usia 3 bulan. Namun hal ini tidak perlu khawatir, karena ini menjadi tanda bahwa rambut bayi telah memasuki siklus pertumbuhan baru. Setelah mengalami siklus kerontokan, selanjutnya rambut akan memasuki siklus pertumbuhannya kembali. Rambut yang baru mungkin akan berbeda dengan rambutnya terdahulu, biasanya menjadi lebih gelap dan kasar.
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa kehamilan menyebabkan rambut Moms dan janin tumbuh. Hormon ini segera berkurang setelah Moms melahirkan. Hal ini ternyata juga dialami oleh Si Kecil, karena tidak ada asupan hormon dari ibunya. Turunnya jumlah estrogen menyebabkan rambut rontok.
Selain itu, terdapat beberapa sebab lain rontoknya rambut bayi. Antara lain:
1. Infeksi tinea capitis atau ringworm. Ini adalah penyakit kulit yang menimbulkan tanda merah di kulit kepala dan menyebabkan rambut rontok.
2. Alopecia areata. Rambut rontok karena serangan sistem kekebalan pada folikel rambut.
3. Trikotilomania. Kerontokan karena bayi menarik-narik akibat stres emosional maupun fisik.
4. Tidur di posisi yang sama. Posisi tidur bayi yang tidak berubah menyebabkan rambut rontok di bagian yang sering ditiduri.
5. Gangguan kelenjar, misalnya hypothyroidism (gangguan tiroid) atau hypopituitarism (kelenjar pituitari yang abnormal) bisa menyebabkan kebotakan.
6. Stres, demam, dan perubahan hormonal juga bisa menjadi penyebabnya.
Baca juga: Tips Jadikan Rambut Bayi Tebal dan Sehat secara Alami
Lalu, bagaimana cara mengatasi rambut bayi yang rontok?
Menurut dr. Robert Soetandio, Sp.A, M.Si. Med, dari Rumah Sakit Awal Bros, Tangerang, ada beberapa cara untuk mengatasi rambut rontok pada bayi. Antara lain:
1. Gunakan bantal bayi dengan bentuk tapal kuda
2. Cukur rambut bayi untuk mempermudah pertumbuhan rambut bayi
3. Ubah posisi tidur bayi setelah beberapa waktu
4. Cuci rambut bayi setiap hari sambil memandikannya
5. Pijat kepala bayi dengan baby oil sehingga sirkulasi darah di kulit kepalanya lancar
6. Jika kerontokan rambut bayi masih berlanjut, lebih baik konsultasikan ke dokter anak (Yatin Suleha/GAP/MA/Dok. Freepik)