FAMILY & LIFESTYLE

Kenali Thalassemia, Penyakit yang Tak Bisa Disembuhkan



Thalassemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang membuat sel darah merah seseorang mudah pecah. Penyakit ini sendiri kalah populer dibandingkan penyakit lain sampai saat ini. Padahal, penyakit ini cukup banyak dialami masyarakat di mana menempati urutan kelima kasus penyakit tidak menular di Indonesia.

Dari mana penyakit ini berasal? Thalassemia diturunkan dari kedua orangtua. Kepala Divisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, SpA(K), menjelaskan, biasanya penyakit ini terjadi saat seseorang di masa anak-anak.

"Sel darah merah dibentuk dari dua protein utama, alpha dan beta. Di Thalassemia, protein alpha atau beta-nya tidak terbentuk, jadi harusnya bulat tapi jadi pecah," katanya di Kementerian Kesehatan RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Lantaran penyakit dari keturunan, thalassemia bukanlah penyakit yang menular dan hanya bisa dicegah dengan skrining secara dini. Contohnya, menghindari pernikahan sesama pembawa/keturunan thalassemia.

Tetapi, sayangnya Thalassemia belum bisa disembuhkan. Dan untuk bisa bertahan hidup, pasien thalassemia harus melakukan transfusi darah selama hidupnya. Mulai dari seminggu sekali, sampai dua minggu sekali.

"Ini terjadi karena sel darah merah yang mudah pecah yang membuat penderita thalassemia rentan alami anemia. Dan itu tidak bisa menggunakan obat, harus transfusi seumur hidup," kata dokter Lia.

Adapun thalassemia ada dua jenis. Pertama thalassemia mayor, di mana seseorang harus transfusi darah dan mengonsumsi obat seumur hidup. Kedua thalassemia intermediet, yakni seseorang diharuskan transfusi darah namun tak sesering pasien thalassemia mayor.

Gejala yang bisa dilihat secara kasat mata seseorang yang menderita thalassemia ialah muka yang pucat, perut membesar karena pembengkakan limpa dan hati, perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menghitam.



"Warna hitam itu muncul dari zat besi. Dalam sel darah itu kan ada zat besi, dan kalau itu pecah zat besinya akan keluar,” urai dokter Lia.

Mengenai prevalensi thalessemia di Indonesia yang makin banyak setiap tahunnya, Dokter Lia pun berharap Kementerian Kesehatan memasukkan thalassemia ke dalam program kesehatan Indonesia. Sehingga di berbagai kota ada skirining thalassemia untuk masyarakat setempat. (Qalbi/SW/Dok. Freepik)