Jiwa yang sehat tentunya dibangun dari rumah yang sehat dan itu bisa diwujudkan dengan mencegah tindak kekerasan pada anak yang biasanya dipicu oleh stres orangtua. Berkaitan dengan hal itu dan juga untuk memeringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada hari ini (10/10), M&B akan membahas secara lengkap mengenai masalah kekerasan terhadap anak yang ternyata dapat berdampak pada kesehatan jiwa mereka.
Perlu diketahui bahwa orangtua sering kali tidak bisa membedakan bertindak tegas dan bertindak kasar. Sebagian besar dari mereka pun masih percaya kalau kenakalan anak dapat diselesaikan dengan tindak kekerasan fisik, seperti membentak, memukul, mencubit, dan tindakan lainnya yang merugikan anak. Namun, pernahkan Anda berpikir apa dampak yang akan muncul pada Si Kecil? Atau mungkin tanpa disadari, kenakalan yang ia lakukan justru terbentuk dari kekerasan yang dialaminya?
Kekerasan pada anak terdiri dari beberapa jenis, yakni fisik, psikis, dan seksual. Parahnya, kekerasan tersebut tidak lagi hanya dilakukan oleh ibu atau ayah tiri, seperti yang banyak digambarkan selama ini, namun orangtua kandung pun sering melakukannya. Mengapa itu bisa terjadi?
Menurut dra. Mayke Tedjasaputra, M.Psi, psikolog, playherapist, dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, trauma serupa di masa kecil sangat mungkin menjadi faktor tindakan kasar orangtua terhadap anak. “Jika ditelusuri penyebabnya, bisa saja saat masa kecilnya, orangtua juga mengalami hal yang serupa. Jadi, dia mengulang apa yang dilakukan orangtuanya dulu,” ungkapnya.
Selain trauma yang dialami orangtua pada masa lalunya, pendidikan dasar parenting juga sangat diperlukan orangtua. Mayke menyimpulkan, ketidakmampuan orangtua mengendalikan tindakan kasarnya, mengartikan bahwa mereka tidak siap atau tidak mampu menjaga emosinya dari tekanan yang dialami. Dari segi perkembangan kepribadian, mereka bisa dikatakan belum siap menjadi orangtua atau kurang memiliki bekal dasar mengenai bagaimana seharusnya bersikap dan menghadapi anak, sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya.
“Menjadi orangtua memang tidak mudah dan tanggung jawabnya besar sekali. Ketika orangtua mengalami tekanan dan tidak siap menerimanya, mereka pun akan melakukan pelarian dengan menjadikan anak kambing hitam,” tutur Mayke.
Melihat faktor tersebut, kebiasaan kasar dan makian orangtua tentu perlu dikurangi. Sebagai orangtua, Anda juga harus bisa membedakan antara tindakan tegas dan kasar. Tegas, berorientasi pada kebaikan, sementara tindakan kasar lebih mengarah pada hal-hal yang membahayakan dan memberikan ancaman terhadap anak. Selain itu, pertengkaran atau tindakan KDRT yang terjadi antara ayah dan ibu pun perlu diwaspadai, karena tindakan tersebut memiliki efek yang sama seperti dampak kekerasan yang dialami oleh anak.
Untuk mengetahui dampak kekerasan pada anak, baca: Kekerasan pada Anak 2: Bahaya Dampak Kekerasan Terhadap Anak.
(Aulia/DC/freedigitalphotos)