Sebagian besar orang pernah berutang, baik dalam jumlah kecil ataupun besar. Mungkin Anda termasuk yang berutang untuk membeli rumah, mobil, atau biaya sekolah. Jika Anda berutang dengan bijak dan untuk keperluan yang tepat, utang bisa bernilai produktif.
Hal ini dijabarkan oleh penasihat keuangan dan pakar ekonomi mikro, Aidil Akbar, dalam bukunya Easy Planning. Utang produktif merupakan merupakan segala jenis utang yang memiliki nilai aset yang nilainya akan semakin meningkat.
Utang juga bisa produktif jika aset yang dibeli dengan utang tesebut memberikan penghasilan yang sama atau bahkan lebih besar daripada biaya cicilannya. Beberapa contoh utang produktif adalah kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan apartemen (KPA), atau kredit kendaraan yang tujuannya untuk disewakan.
Jika Anda mengambil KPR atau KPA untuk disewakan, perhatikan jumlah penawaran (supply) dan permintaan pasar (demand). Kemudian lihat juga status kepemilikan tanah dan berapa lama hak guna bangunan. Hal-hal tersebut di atas dapat digunakan sebagai dasar Anda menghitung seberapa besar penghasilan yang masuk, setelah dikurangi pembayaran kredit dan keperluan lain yang Anda keluarkan.
Namun, jika barang yang Anda beli dengan berutang digunakan sebagai keperluan sehari-hari, utang tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai utang produktif. Sebagai contoh untuk pembelian kredit mobil, Anda justru akan mengeluarkan biaya lebih besar daripada yang didapatkan.
Sama halnya seperti membeli rumah yang dipakai sebagai tempat tinggal, meski harganya akan naik terus. Utang untuk mobil atau rumah yang menjadi tempat tinggal tidak produktif, sebab Anda memerlukan biaya pemeliharaan agar benda berfungsi. Misalnya, ongkos bensin atau bengkel dan biaya listrik atau air di rumah. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)