Type Keyword(s) to Search
BABY

Perjuangan Lalita Melawan Hidrosefalus

Perjuangan Lalita Melawan Hidrosefalus

Lalita Cynthia Anggraeni adalah seorang bayi perempuan usia 7 bulan yang harus berjuang melawan penyakit hidrosefalus. Kisah perjuangan Si Kecil melawan penyakit tersebut pernah dimuat di Majalah Mother&Baby Indonesia Edisi Juni 2018. Lalita merupakan anak ke-4 dari pasangan Zainal Asiqin dan Venti Sulastri. Harapan mereka untuk melihat Lalita tumbuh dan berkembang dengan baik seakan terhambat dengan adanya penyakit ini.

 

Lalita lahir prematur dengan kondisi yang masih lemah dan organ-organ tubuhnya belum berfungsi dengan normal. Ia pun terdeteksi mengalami pendarahan di selaput otak karena peningkatan cairan volume di kepalanya.

 

Lalita kemudian menjalani operasi pertama untuk membuat saluran pembuangan sementara agar peningkatan cairan di kepalanya tidak semakin mendesak organ kepala. Pada operasi kedua, dilakukan pemasangan vipisan (selang permanen dari kepala untuk membuang peningkatan cairan langsung ke perut). Pada operasi kedua inilah Lalita didiagnosis terkena hidrosefalus karena adanya malfungsi atau penyumbatan di selang kepalanya. Kondisi ini mungkin disebabkan kotor atau infeksi pada kepalanya. Kepala Lalita pun terlihat membesar.

 

Mengetahui kenyataan tersebut, pasangan tuna netra ini pun mencoba menerima dan berusaha sekuat tenaga agar Lalita bisa sembuh kembali. Sampai akhirnya Lalita kembali menjalani operasi ketiga. Namun, dari hasil operasi ini, lingkar kepala Lalita terus meningkat. Sebelumnya, lingkar kepalanya 38 cm, dan setelah operasi ke-3 masih terus bertambah, hingga kondisi terakhir lingkar kepalanya sudah 46 cm, dan ia pun harus dioperasi kembali.

 

Sampai pada operasi ke-4, hasilnya cukup bagus lingkar kepalanya tidak membesar, meskipun dokter masih menemukan infeksi di kepalanya. Maka Lalita pun harus melakukan perawatan untuk menghilangkan infeksi yang berkembang di badannya yang mungkin muncul dari infeksi kepalanya.

 

Selama proses perawatan yang memakan waktu selama dua minggu dan evaluasinya dilakukan dua minggu setelahnya, Lalita tetap menghabiskan antibiotiknya, rutin mengonsumsi suplemen prebiotik Interlack dan susu. Ia pun terlihat sangat kuat selama menjalani pengobatan.

 

Zainal dan istrinya memang telah mengetahui bahwa kemungkinan Lalita untuk terbebas dari penyakit tersebut memang kecil. Namun mereka tetap berjuang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Si Kecil karena mereka ingin melihat Lalita tumbuh layaknya anak-anak lain, meski dari awal pihak dokter sudah mengisyaratkan bahwa Lalita akan mengalami keterlambatan dalam beradaptasi.

 

Sayangnya, takdir berkata lain. Pada 7 Juni 2018 lalu, Lalita berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa. Harapan Zainal dan istrinya untuk melihat Si Kecil tumbuh sehat seperti anak-anak lain pun terhenti. Namun setidaknya, bayi Lalita kini sudah terbebas dari rasa sakit yang dideritanya itu. Selamat jalan, Lalita! (Vonda Nabilla/DON/SW/Dok. Pribadi)