Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Apa Saja Ciri-Ciri Anak yang Didominasi Otak Kiri?

Apa Saja Ciri-Ciri Anak yang Didominasi Otak Kiri?

Cara berpikir setiap anak berbeda-beda dan dapat terlihat melalui perilakunya. Tak seperti anak yang didominasi otak kanan yang lebih mudah memahami sesuatu jika mereka lihat secara langsung, anak dengan dominasi otak kiri lebih menggunakan logikanya dalam berpikir. Apa saja yang menonjol dan dilakukan oleh anak dengan dominasi otak kiri? Berikut penjelasan selengkapnya.

 

Linear

Cara berpikir pada tipe anak ini adalah dengan memproses informasi dan mencari garis lurus dari hal tersebut. Mereka akan mengumpulkan berbagai informasi, menyatukan mereka, dan mengurutkannya sesuai logika. Mereka pun akan membuat sebuah kesimpulan sehingga memahami informasi yang didapatnya.

Sequential

Anak dengan dominasi otak kiri lebih mudah memahami sesuatu dengan membuat sebuah daftar. Mereka suka dengan jadwal dan perencanaan saat akan melakukan suatu kegiatan. Si Kecil juga mengerjakan setiap hal sesuai dengan urutan yang ada pada daftar yang telah dibuat atau diberikan padanya.

Symbolic

Kemampuan anak dengan dominasi otak kiri ini juga terdapat pada kemampuannya memahami simbol. Baik dalam bentuk tulisan, kata-kata, atau formula pada matematika atau hitung-berhitung. Mereka juga akan menghafal teori atau kata-kata yang ia pelajari, ketimbang berimprovisasi pada hal tersebut.

Logical

Seperti dijelaskan di atas, bahwa penggunaan logika menjadi fokus utama anak dengan dominasi otak kiri. Mereka lebih mudah menyelesaikan kasus pada bidang matematika atau mampu membuat sebuah eksperimen sains.

Verbal

Meskipun mereka memahami penyampaian informasi dengan kalimat, namun mereka kesulitan dalam menyampaikan apa yang dirasakan dengan kata-kata.

Reality-Oriented

Anak yang didominasi otak kiri sangat mengutamakan hal yang sesuai dengan realita. Mereka akan mencari tahu tentang peraturan yang berlaku pada suatu tempat atau kondisi tertentu. Atau jika tidak ada aturan, mereka akan membuatnya sendiri! Anak juga mengerti setiap konsekuensi ketika mengalami kegagalan, seperti tidak lulus tes di sekolahnya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)