Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Kebiasaan Baik dari Anak-Anak di Seluruh Dunia

Kebiasaan Baik dari Anak-Anak di Seluruh Dunia

Setiap anak yang tinggal di mana pun di dunia pasti memiliki kebiasaan-kebiasaan baik. Kebiasaan baik ini tidak muncul tiba-tiba, melainkan karena diajarkan orang tua dan sudah menjadi tradisi. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan baik tersebut juga dipengaruhi oleh tempat tinggal, iklim, tradisi, lingkungan, maupun kepercayaan.

 

Masing-masing dari anak-anak ini memiliki kebiasaan sehari-hari yang unik. Untuk mengetahui apa saja kebiasaan anak-anak dari berbagai negara, M&B sudah merangkumnya di sini, Moms!

 

Indonesia – Salim atau Cium Tangan

Salim atau salam adalah budaya cium tangan dalam masyarakat Indonesia, dilakukan oleh yang lebih muda kepada yang lebih tua. Kebiasaan ini telah ditanamkan kepada anak sejak kecil.

Saat bertemu dengan orang yang lebih tua, atau hendak beranjak dari rumah dan pulang ke rumah, anak-anak akan menjabat tangan orang tua. Kemudian, menciumnya dengan hidung atau menaruhnya di kening dan pipi.

 

Denmark – Bersepeda

Anak-anak di Denmark belajar naik sepeda saat berusia 2 tahun. Selain belajar di rumah, beberapa daycare juga mengajarkan cara mengendarai sepeda. Maka tak heran saat anak menginjak usia 3 tahun, mereka sudah dapat mengendarai sepeda roda 2.

Hal ini membuat mereka lebih mandiri, seperti berangkat ke sekolah, mereka akan bersepeda sendiri. Namun, pengawasan orang tua tetap diperlukan, ya! Denmark sendiri merupakan negara yang sangat ramah dengan pengendara sepeda dan terdapat banyak jalur khusus sepeda.

Oleh karena itu, tidak heran jika anak-anak berani mengayuh sepeda sampai jalan besar. Kebiasaan ini pun mendapat dukungan pemerintah. Salah satunya dengan menerbitkan buku panduan untuk orang tua dan daycare tentang cara mengajarkan bersepeda kepada anak.

 

Vietnam – Lepas Popok Lebih Cepat

Kebanyakan anak di Vietnam sudah tidak bergantung pada popok atau diaper saat usia 9 bulan. Kebiasaan ini bisa terjadi karena para ibu memiliki trik mengontrol frekuensi buang air kecil bayi. Caranya, para ibu menggunakan siulan untuk mendorong bayi buang air kecil saat dirasa kantong kemihnya penuh.

 

Jepang – Menghargai Makanan

Sebelum makan, anak-anak di Jepang terbiasa mengatakan itadakimasu sebagai ucapan syukur atas makanan yang tersedia. Itadakimasu, secara harafiah berarti ‘saya menerima hidup atau nyawamu’.

Kata tersebut ditujukan pada tumbuhan dan hewan yang menjadi hidangan dan berjanji akan hidup dengan baik dari makanan yang akan dinikmati. Setelah makan, mereka mengucapkan gouchisosamadeshita, ungkapan terima kasih kepada orang yang telah menyediakan hidangan tersebut.

 

Perancis – Tidak Pilih-Pilih Makanan

Di Perancis, sangat jarang ditemukan anak-anak yang memilih-milih makanan. Mereka akan memakan apa saja yang dihidangkan. Kasus anak obesitas pun jarang ditemui di Perancis. Apa ya rahasia dari kebiasaan baik ini?

Tidak hanya di rumah, di sekolah pun anak-anak ditanamkan untuk mengonsumsi makanan sehat. Preschool di Perancis mengatur menu makan siang para murid dengan urutan salad sayur sebagai hidangan pembuka, kemudian diikuti dengan hidangan utama dan sayur. Buah-buahan diberikan 4 kali dalam seminggu.

 

Korea Selatan – Lepas Alas Kaki Sebelum Masuk ke Rumah

Anak-anak Korea memiliki kebiasaan melepas alas kaki berupa sepatu dan sandal ketika masuk ke dalam rumah. Sebenarnya, kebiasaan ini merupakan tradisi turun temurun dalam keluarga Korea, dan ditanamkan kepada anak sejak masih kecil. Tujuannya adalah menjaga rumah tetap bersih, bebas dari debu atau kotoran yang dibawa dari luar.

Selain itu, konon orang Korea memiliki hubungan khusus dengan lantai rumah, yang sering mereka gunakan untuk duduk dan tidur. Bayi dan balita di Korea juga sering bermain di lantai, sehingga lantai rumah harus dijaga tetap dalam keadaan bersih.

 

Jerman – Sering Bermain di Luar Rumah

Di bandingkan dengan negara lain, para orang tua di Jerman paling membebaskan anak-anaknya untuk beraktivitas di luar ruangan. Meski cuaca tidak begitu bagus, Si Kecil tetap akan diajak berjalan-jalan.

Bagi orang Jerman, ‘tidak ada cuaca yang buruk, yang ada adalah pakaian yang tidak cocok’. Jadi saat cuaca dingin, anak-anak tetap terlihat di taman dengan mengenakan jaket tebal. Selain untuk alasan kesehatan, bermain di luar juga bisa membantu perkembangan mental dan sosial mereka lebih baik. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)