Saat hamil, seorang ibu sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan fisik juga mental. Sebab, bagi calon ibu yang memiliki gangguan mental seperti bipolar, hal tersebut bisa menurun kepada anaknya. Meskipun begitu, kondisi ini sudah bisa dideteksi, bahkan sejak Si Kecil masih bayi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. dr. Margarita M. Maramis, Sp.KJ(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Ia menuturkan bahwa bipolar pada bayi tampak dari mood yang fluktuatif, seperti menangis kemudian kembali senang lagi, atau tidak tidur ketika sudah waktunya.
Gejala seperti ini perlu diwaspadai, terutama bila ada anggota keluarga yang memiliki riwayat bipolar. Selain itu, bipolar juga dapat dideteksi melalui general movement yang dilakukan dengan memerhatikan gerak motorik anak, untuk mengetahui jika Si Kecil mengalami gangguan emosi.
Walaupun tidak secara spesifik bisa disebut bipolar, anak bisa mengalami gangguan emosi seiring bertambahnya usia. “Jadi, semakin dini kita mendeteksi, kita bisa melakukan sesuatu, sehingga kita juga bisa mencegah, apakah nanti berkembang menjadi gangguan emosi lain, tidak hanya bipolar,” jelas dokter Margarita.
Gangguan emosi yang dimaksud seperti ADHD (Attention Dificit Hyperactivity Disorder), yang dapat muncul bersamaan dengan bipolar. Hal ini membuat otak bagian emosi anak lebih aktif, sehingga mereka lebih sensitif pada perasaan.
Penanganan pada bayi yang mengalami gejala bipolar tentu berbeda dengan yang dilakukan pada orang dewasa. Setelah gejala gangguan muncul, orang tua memiliki peran tambahan untuk membantu mengatur emosi Si Kecil.
Anda akan diajarkan cara mengatasi emosi bayi dan tidak membiarkan perasaan tersebut berkepanjangan. Ini akan sangat membantu anak dalam mengatur emosi yang dialaminya dan mengurangi munculnya gejala bipolar lebih lanjut. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)