Sosok bayi yang lahir tentu menggemaskan bagi setiap orang. Tak terkecuali gadis kecil bernama Mehlani Dickerson. Ia yang memasuki usia 2 tahun ini terlihat memiliki bola mata yang besar dan indah. Namun, kecantikan dari matanya ini ternyata adalah gejala sebuah penyakit langka.
Kondisi mata dengan iris yang kecil sehingga tidak terlihat bagian berwarna di mata ini disebut sindrom Axenfeld-Rieger. Sindrom ini bisa terlihat sejak dini, dan dalam kasus Mehlani kondisi ini sudah didiagnosis sejak minggu pertama usianya.
Pupil atau lingkaran yang seharusnya berada di tengah mata pun berbeda. Di mana pupil di mata kirinya yang ada satu di sudut mata, dan pupil mata kanannya berjumlah banyak. Kondisi tersebut membuatnya sensitif terhadap cahaya dan harus mengenakan kacamata saat keluar rumah.
Mehlani sendiri telah menjalankan operasi di usia 5 bulan dan matanya pun sudah memiliki saluran drainase buatan yang menjaga tekanan matanya tetap baik. Namun, hal tersebut tak sepenuhnya membuat ia terlepas dari glukoma, atau kondisi kebutaan sebesar 50 persen.
Ketidak-tahuan banyak orang tentang kondisi Mehlani nyatanya cukup membuat sang ibu, Karina (21) kewalahan. Pasalnya, mata indah Si Kecil mampu menjadi magnet banyak orang untuk mendekat dan bahkan memuji kecantikan putrinya. Awalnya, Karina tidak tahu apakah harus menjelaskan kondisi Si Kecil kepada orang lain atau cukup hanya menerima pujian mereka. Dan situasi tersebut sering terjadi saat Mehlani melepas kacamatanya atau berada di dalam ruangan.
Namun, Karina bersyukur karena meskipun Mehlani memiliki kekurangan, hal itu bisa menjadi kekuatan juga untuk putri kecilnya. “Saat orang lain memujinya, saya hanya bisa tersenyum dan berterima kasih. Saya hanya berharap ia (Mehlani) tahu bahwa dirinya cantik dengan kondisi apa pun,” cerita Karina kepada DailyMail.
Sindrom Axenfeld-Reiger menjadi salah satu penyakit langka yang terjadi pada 200 ribu lebih kasus, dan Mehlani termasuk di dalamnya. Dengan memanfaatkan media sosial, Karina pun bergabung dengan komunitas pengidap sindrom ini dan mendapat banyak dukungan dari mereka.
“Rasanya sangat senang ketika mereka mengirim pesan kepada saya dan mengatakan bahwa mereka tumbuh dengan (sindrom) ini. Dan mereka masih bisa mencapai impian mereka, serta melakukan segala sesuatu yang anak-anak lain dapat lakukan,” kata Karina. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)