American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa obat pereda batuk dan nyeri yang mengandung kodein dilarang untuk digunakan oleh anak-anak. Obat jenis ini dinyatakan tidak efektif dan dapat menyebabkan efek samping yang cukup fatal.
Kodein sendiri merupakan jenis obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pasca-operasi pengangkatan amandel. Obat ini harus diresepkan oleh dokter. Namun, beberapa tahun terakhir, ada banyak kasus gangguan pernapasan berat yang menyebabkan kematian pada anak di Amerika Serikat.
Efek samping fatal tersebut ditemukan pada anak yang mengonsumsi kodein bersamaan dengan asetaminofen setelah operasi. Kajian dari badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) mengungkapkan, ada 64 kasus anak mengalami napas yang lambat dan 24 kematian terkait obat ini.
Hal ini termasuk dengan 21 kematian pada anak berusia kurang dari 12 tahun. Anak yang menderita obesitas atau yang sering mengalami gangguan pernapasan di malam hari juga merasakan efek samping fatal tersebut.
Kondisi tersebut bisa terjadi karena cara kodein yang diproses dalam tubuh. Setelah dikonsumsi, liver akan mengubah obat ini menjadi morfin yang dapat mengurangi rasa nyeri dan juga meredakan batuk.
Tetapi, perbedaan genetik bisa memicu liver dalam membentuk morfin, yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bila jumlahnya terlalu sedikit, maka obat tidak bekerja dengan efektif. Sedangkan, jika jumlah berlebihan dapat menyebabkan napas menjadi lambat, bahkan kematian.
Pada 2013, FDA mewajibkan seluruh perusahaan farmasi untuk mencantumkan peringatan mengenai dosis obat ini dan menyarankan agar dokter tidak memberi kodein setelah anak menjalani operasi amandel.
Untuk obat penghilang rasa sakit, orang tua dan juga dokter dianjurkan mengganti kodein dengan jenis lainnya. Seperti Motrin, Tylenol, dan Ibuprofen agar lebih aman dikonsumsi anak-anak. Hal ini sudah dilakukan sejak 2016 di Amerika Serikat. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)