Bagi sebagian Moms, mungkin tidak asing dengan istilah hamil anggur atau mola hydatidosa. Ini merupakan kehamilan yang gagal, karena terdapat kelainan pada proses perkembangan di sel telur. Pada kasus hamil anggur, kondisi sel telur yang telah dibuahi sperma tidak berkembang menjadi janin normal, begitu pula dengan plasenta yang tidak berkembang secara normal. Hal tersebut membuat janin tidak tumbuh dalam rahim.
Kondisi ini sebenarnya termasuk yang jarang terjadi, namun bisa dialami oleh wanita yang hamil di atas 40 tahun. Wanita yang berusia di bawah 20 tahun, kekurangan protein, atau menderita penyakit kronis dapat mengalami hamil anggur.
Jenis Hamil Anggur
Hamil anggur sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu hamil anggur lengkap dan hamil anggur parsial. Kasus hamil anggur lengkap terjadi ketika sel telur yang dibuahi oleh sperma dan tidak berkembang menjadi janin. Hal ini dapat menjadi jaringan abnormal yang semakin memenuhi rahim. Pada hamil anggur lengkap, seluruh isi rahim hanyalah gelembung-gelembung yang dipenuhi cairan.
Sedangkan hamil anggur parsial terjadi saat sel telur normal dibuahi oleh dua sperma, lalu timbul jaringan plasenta abnormal yang akan tumbuh bersama janin yang abnormal. Kemudian, janin mengalami kerusakan fatal dan tidak lagi berkembang. Pada kasus ini, rahim berisi gelembung-gelembung cairan juga janin yang pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga janin tidak mampu berkembang.
Gejala Hamil Anggur
Gejala yang muncul diawal serupa dengan kehamilan normal pada umumnya. Namun semakin lama, tanda-tandanya berubah menjadi lebih instens. Di antaranya terjadi perdarahan dari vagina, khususnya pada trimester pertama hingga menimbulkan anemia.
Rasa mual dan muntah juga menjadi lebih parah. Adanya kista berbentuk anggur keluar dari dalam vagina. Tak hanya itu, muncul juga rasa nyeri pada tulang panggul. Bagi wanita yang menderita hipertensi juga perlu mewaspadai gangguan kehamilan ini.
Penderita hamil anggur cenderung mengalami hipertensi, urine mengandung protein, dan terjadi pembengkakan atau oedema. Pada waktu dilakukan pemeriksaan, detak jantung janin pun tidak terdengar. Umumnya, kehamilan ini akan gugur sebelum bulan ke-4 dan jaringan abnormal yang keluar berupa gelembung-gelembung kecil berisi cairan.
Penanganan Hamil Anggur
Hamil anggur pada umumnya akan sulit dideteksi jika tanpa proses USG, karena gejala-gejala yang muncul sama dengan kehamilan normal. Pada kondisi seperti ini, hamil anggur akan dapat dideteksi jika kehamilan sudah memasuki minggu ke-10 sampai minggu ke-14. Risiko hamil anggur lebih tinggi terjadi pada wanita yang pernah mengalami keguguran. Sedangkan kehamilan pada wanita yang usianya di bawah 20 tahun atau di atas 45 tahun, juga memiliki risiko hamil anggur. Karena itu, untuk mendeteksi dan mengetahuinya, diperlukan pemeriksaan USG.
Sebagai langkah penyembuhan, perlu dilakukan kuret atau membuang kista tersebut. Bisa juga dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim) jika penderita tidak ingin memiliki keturunan lagi. Pemeriksaan pun tetap berlanjut selama 6 bulan pasca tindakan medis dilakukan.
Jika Anda mengalami hamil anggur, kemungkinan untuk hamil kembali tentu masih besar. Namun, kehamilan berikutnya akan lebih aman jika menunggu masa pemulihan selama satu tahun. Bersabarlah dan semoga kehamilan kali ini lancar ya, Moms. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)