Sama halnya dengan beberapa penyakit menurun lain, talasemia diturunkan melalui gen resesif dalam keluarga. Jika Si Bayi memiliki salah satu orangtua dengan talasemia minor, maka ia berisiko 50 persen mewarisi gen cacat tersebut dan menjadi pembawa seperti orangtuanya. Namun, jika Anda dan pasangan adalah pengidap talasemia minor, maka bayi Anda lebih berisiko 2 kali lipat membawa gen, sehingga menjadi pengidap talasemia mayor yang lebih parah. Oleh karena itu, kelahiran pengidap talasemia perlu dicegah. Saat ini, jumlah pembawa sifat talasemia beta di Indonesia mencapai 6 hingga 10 persen.
Seperti dilansir Baby Centre, setiap bayi yang lahir dari orangtua yang keduanya membawa gen talasemia, berpeluang 25 persen menjadi pembawa atau bahkan menjadi pengidap talasemia mayor yang lebih parah.
Jika bayi Anda lahir dengan talasemia alfa ataupun beta minor, ia pun berpeluang untuk normal atau tanpa membawa gen talasemia. Namun, jika ia mengidap talasemia alfa HBH, maka bayi Anda berpeluang mengalami gejala anemia di tahun pertamanya.
Talasemia alfa mayor adalah jenis talasemia yang paling parah, karena tubuh Si Bayi tidak dapat membuat hemoglobin yang normal. Sayangnya, bayi dengan talasemia jenis ini biasanya meninggal sebelum atau segera setelah dilahirkan.
Sementara, bayi-bayi dengan talasemia beta mayor umumnya tampak sehat pada waktu lahir, tetapi gejala anemia mereka dapat berkembang saat mereka tumbuh besar. Mereka akan mengalami beberapa gejala, seperti pucat dan mudah lelah akibat berkurangnya hemoglobin dan rapuhnya sel darah merah yang dimiliki secara berkala. Hal ini akan memicu limpa yang berfungsi membersihkan sel darah merah yang rusak, bekerja lebih keras.
Talasemia tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, jika kondisi ini tidak diobati dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dalam jumlah drastis yang memengaruhi pembesaran limpa, fungsi hati, perkembangan tulang, dan pertumbuhan Si Bayi.
Menurut dr. Aria Wibawa, Sp.OG(K) dari RSCM Jakarta, talasemia alfa juga perlu diwaspadai ibu hamil, karena bisa menyebabkan hipertensi, preeklamsia berat, perdarahan kandungan, gagal jantung, persalinan prematur, dan kematian ibu. Sementara, komplikasi yang terjadi pada janin antara lain, anemia berat atau gagal jantung, penumpukan cairan pada tubuh janin, pembesaran plasenta, dan pertumbuhan janin yang terhambat. (Aulia/DMO/Dok. Freedigitalphotos)
Baca Juga: Mengenal Talasemia (1)