Saat anak tertidur, ia sepertinya terlihat damai dan tenang. Padahal tidak demikian kelihatannya, Moms. Ada sejumlah masalah yang bisa terjadi ketika Si Kecil tidur. Terdapat 4 masalah yang terjadi selama masa pertumbuhan balita Anda. Moms pun perlu mengetahui dan mewaspadai, sehingga dapat mengatasinya dengan baik. Berikut ini 4 permasalahan tidur yang sering dialami balita.
Mimpi Buruk
Menurut National Sleep Foundation, seiring dengan semakin baiknya perkembangan imajinasi dan konsep takut pada anak, mimpi buruk pun mulai sering terjadi. Mimpi buruk biasa dialami oleh anak 3-6 tahun, dan bisa dipicu oleh faktor-faktor yang sama dengan alasan Anda mimpi buruk. Misalnya, setelah menonton film horor, terlalu lelah, terlalu semangat dengan suatu hal, dan kurang tidur.
Sleep Walking
Walaupun biasa terjadi, mengigau sambil berjalan adalah masalah tidur yang harus segera ditangani. Selain dapat berisiko cedera, sleep walking dapat memengaruhi kondisi jiwa Si Kecil. Sleep walking ini lebih sering terjadi pada usia 3-7 tahun, terutama pada anak yang kurang tidur atau mengalami sleep apnea.
Sleep Terror
Sedikit berbeda dengan mimpi buruk, sleep terror membuat anak bereaksi dengan rasa takut yang ia rasakan dalam mimpi. Anak bisa berteriak, menangis, bahkan melakukan tindak kekerasan saat tidur. America Sleep Association menyebut kalau kejadian ini biasanya dialami oleh anak di bawah usia 7 tahun dan kerap disertai masalah sleep walking atau sleep talking.
Sleep terror bisa disebabkan oleh cedera kepala, hipertiroid, stres, sleep apnea, demam, atau pengobatan. Jika Si Kecil mengalami masalah ini, disarankan untu tidak membangunkannya. Sebaiknya Anda menemani Si Kecil hingga teror itu berakhir, yang biasanya berlangsung selama 20 menit.
RBD
Bermimpi adalah aktivitas mental yang terjadi di pikiran sementara tubuh beristirahat. Namun untuk yang mengalami REM sleep Behaviour Disorder (RBD), mereka akan menggerakkan tubuh (saat masih tertidur) sesuai dengan mimpinya. Mereka bisa berteriak, memukul, bahkan terjatuh dari tempat tidur! RBD biasanya baru diketahui ketika sudah membahayakan dirinya atau orang yang tidur bersamanya. Fase tidur REM berkaitan dengan terjadinya RBD.
Di fase ini, aktivitas elektrik otak terlihat sama dengan saat berjalan kaki. Walau neuron otak saat tidur REM juga berfungsi seaktif saat sedang berjalan kaki, tidur REM membuat otot-otot tubuh 'lumpuh' sementara. Pada penderita RBD, otot-otot itu tidak lumpuh, sehingga bisa bereaksi mengikuti mimpi. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- anak
- balita
- tidur
- masalah tidur