Buat Moms yang memiliki anak usia balita, sepertinya tantrum bukan pemandangan yang aneh lagi, ya. Tantrum memang sangat sering terjadi pada balita, khususnya anak usia 2 atau 3 tahun. Itu juga alasan adanya istilah terrible two atau terrible three yang kerap dipakai untuk mendeskripsikan sulitnya mengontrol emosi balita usia 2-3 tahun.
Kalau sudah bicara soal tantrum, Moms pasti pusing dibuatnya. Terlebih, tantrum biasanya terjadi tanpa alasan yang jelas. Hal kecil saja bisa memicu tantrum pada anak. Lebih parahnya lagi, anak seolah tidak mengenal tempat dan waktu untuk tantrum. Entah itu di mal, di acara keluarga, atau bahkan di pesta formal, kalau anak mau tantrum, ya, terjadilah.
Jangan terlalu khawatir dengan tantrum, Moms, karena sebenarnya tantrum memiliki tahapan atau fase yang selalu sama dan bisa Moms pelajari. Dengan mengenali tahapan tersebut, Moms bisa mengetahui kapan tantrum akan memuncak dan kapan akan berakhir. Apa saja sih, tahapan tantrum pada anak yang perlu Moms ketahui? Ketahui 3 tahapannya di bawah ini, Moms.
Tahap 1: Berteriak sekuat tenaga
Bukan tantrum namanya jika anak tidak marah, menjerit, dan bahkan berteriak sekuat tenaga. Inilah tahap awal tantrum pada anak, di mana ia sedang sangat marah dan tidak tahu bagaimana cara mengontrol emosinya. Sebenarnya di tahap ini anak hanya ingin mendapat perhatian penuh dari Moms, agar Anda menuruti keinginannya.
Solusi: Moms harus tetap tenang dan jangan terpancing emosi untuk memarahi anak yang sedang tantrum. Memarahinya tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan justru bisa membuat tantrum anak makin meledak.
Tahap 2: Melempar benda ke lantai
Balita tantrum? Tentu saja belum lengkap kalau ia belum melempar benda-benda ke lantai atau bahkan menjatuhkan diri ke lantai. Kalau sudah begini, jangan kaget anak bisa menangis, menjerit, sambil berguling di lantai pusat perbelanjaan.
Mengira inilah puncak meledaknya emosi anak? Anda salah! Tahap kedua ini memang terkesan menegangkan, tapi ternyata inilah tahapan tantrum mulai reda, sehingga ia bisa memasuki fase berikutnya.
Solusi: Jika anak berpotensi menyakiti diri sendiri atau orang lain di fase kedua ini, bawa ia ke tempat yang aman. Diamkan anak, tapi tetap pantau dan jangan membiarkannya sendirian karena Anda perlu menjaganya agar Si Kecil tetap aman.
Tahap 3: Menangis dan manja
Ketika anak sudah lelah menghabiskan waktu untuk melewati tahapan pertama dan kedua, kini ia sudah siap memasuki tahapan ketiga: menangis dan minta dimanja-manja oleh Moms.
Solusi: Inilah tahapan di mana Moms sudah boleh mengintervensi emosinya dengan menawarkan kenyamanan. Penting untuk menunggu hingga tahapan terakhir ini, agar anak bisa belajar untuk mengontrol emosinya sendiri.
Baca juga: Tantrum pada Anak Ternyata Punya Manfaat Positif, Lho!
Jadi, tangani tantrum pada Si Kecil dengan tepat ya, Moms. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)