Type Keyword(s) to Search
ARCHIVE

Kisah Pengidap Osteogenesis Imperfecta (2)

Kisah Pengidap Osteogenesis Imperfecta (2)

Penyakit osteogenesis imperfecta (OI) atau kerapuhan tulang tanpa penyebab ternyata tidak mematahkan semangat para pengidapnya. Seperti kisah Diana Lestiawati, 33, yang tetap berkeinginan kuat untuk sembuh dan hidup layaknya orang normal. Walau dengan bantuan kursi roda, Diana masih mampu menjalani hidup seperti biasa dan bahagia bersama anaknya, Devanno Emmanuel, 2 tahun 9 bulan, serta Sang Suami, Rudi Hemanto.

 

Sejak usia 1 tahun, Diana mengaku sering mengalami patah tulang, yang semula hanya dianggap sebagai penyakit kerapuhan tulang biasa. Lalu, ia mulai didiagnosis menderita OI pada 1985, saat usianya menginjak 6 tahun. “Sebelumnya, saya tidak paham tentang OI ini. Bagaimana cara penanganannya pun tidak ada informasinya. Hanya diberi tahu kalau umur 17 tahun akan sembuh. Jadi, saya tetap bersabar sampai umur 17 tahun," ungkapnya.

 

Diana melanjutkan, ia sempat menjalani operasi hingga beberapa kali. Namun, operasi tersebut ternyata tidak membantu lantaran ia masih kerap mengalami patah tulang. Berbagai macam terapi dan operasi memang terus ia lakukan untuk kesembuhannya. Sampai saat ini, Diana mengaku sudah menjalani operasi sebanyak 18 kali.

 

Diana mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam mengalami aktivitasnya sehari-hari, bahkan sampai saat ini, ia telah memiliki 1 orang anak laki-laki, Devanno yang juga menderita OI. Bahkan, sebelum melahirkan Devanno, Diana sempat aktif bekerja sebagai supervisor di sebuah restoran.

 

Umumnya, para pengidap OI dapat dideteksi melalui postur tubuh, karena bentuk tulang yang tidak normal. Tulang yang mudah rapuh inilah yang membuat pengidap OI sering mengalami patah tulang. (Aulia/DMO/Dok. M&B)