Saat menikah dulu, tidak pernah terbayangkan bahwa suatu hari saya akan bercerai. Melihat kedua orang tua saya yang tetap bersatu meskipun kadang mengalami berbagai masalah pelik membuat saya memiliki mimpi yang sama: menikah itu hanya sekali dan hanya kematian yang bisa memisahkan.
Tapi, mimpi saya itu ternyata tidak bisa terwujud. Karena di usia pernikahan yang masih seumur jagung, yakni di tahun keempat, saya dan pasangan memutuskan untuk berpisah. Saya pun akhirnya menyandang status baru: single mom.
Tidak ada seorang pun yang ingin dirinya menjadi single parent, termasuk saya. Namun, saat hal ini terjadi, saya membuktikan, semua itu bisa diatasi, dan berjalan baik-baik saja, kok. Memang, butuh waktu sampai akhirnya saya bisa berdamai dengan keadaan dan terbiasa dengan status baru ini. Ada beberapa hal yang harus berubah, dan saya harus melakukan berbagai penyesuaian.
I didn't plan on being a single mom, but you have to deal with the cards you are dealt the best way you can. - Tichina Arnold
Meskipun ini bukan hal yang mudah, bukan berarti hal ini tidak bisa dijalani ya, Moms. Selalu ada solusi untuk tiap masalah. Berikut berbagai hal yang saya alami setelah perceraian dan apa yang saya lakukan agar dapat berperan menjadi single mom yang tangguh:
1. Tanggung Jawab Bertambah
Jika biasanya Anda memiliki pasangan untuk berbagi tanggung jawab mengurus anak dan urusan rumah lainnya, kini Anda harus mengatasinya sendiri. Apalagi jika hak asuh anak jatuh di tangan Anda, otomatis anak akan lebih lama tinggal bersama Anda dibanding bersama ayahnya.
Tanggung jawab ini tentunya juga termasuk tanggung jawab finansial. Beruntung jika Anda dan pasangan memutuskan untuk membagi dua pengeluaran untuk anak. Tapi jika tidak, dan kebetulan Anda yang harus menanggungnya, Anda 'terpaksa' harus bekerja lebih keras lagi. Selain bekerja untuk mendapatkan pemasukan rutin bulanan, coba belajar investasi jangka panjang. Mendaftarkan Anda dan Si Kecil dalam asuransi kesehatan dan pendidikan juga bisa menjadi pilihan.
Baca juga: Kenali Investasi Saham dan Cara Melakukannya Yuk, Moms!
2. Menerima Banyak Pertanyaan
Jika hanya pertanyaan soal alasan, Anda pasti masih bisa santai menanggapinya. Tapi tentunya tak jarang juga pertanyaan-pertanyaan tersebut berlanjut menjadi 'sesi ceramah' dengan wejangan-wejangan seperti "Harusnya masih bisa dipertahankan, tuh!" atau "duh, kasian dong anaknya kalau orang tuanya cerai.".
Saya yakin, sebelum memutuskan berpisah, sebagian besar pasangan pasti sudah mencoba bertahan dan berusaha memperbaikinya. Sebagian besar juga bertahan dengan alasan demi anak. Tapi saya sendiri, justru memutuskan berpisah demi anak. Ketika pernikahan tak lagi menyenangkan, saling sibuk menyalahkan dan menyakiti, mood anak juga berubah cranky karena harus ikut 'merasakan' konflik antara orang tuanya, saya jadi berpikir rasanya egois untuk memaksakan sesuatu yang sudah hancur untuk bertahan. Ingat, anak merefleksikan apa yang mereka lihat di diri orang tua mereka. Jika orang tua mereka tidak bahagia, mereka tentu akan mengalami hal yang sama. Namun, jika mereka melihat orang tua mereka lebih bahagia (meskipun harus berpisah), mereka pun akan tumbuh menjadi anak-anak yang ceria.
Jawaban seperti ini memang kadang susah diterima oleh orang lainâkarena bukan mereka kan, yang merasakannya. Makanya, jika hal ini terjadi, saya lebih memilih untuk santai dan menjawab dengan senyum saja, sih.
3. 'Tuntutan' untuk Jadi Supermom
Peran sebagai single mom memang berat, namun sebisa mungkin nikmati perjalanan Anda dan jalani dengan santai. Wajar jika tiba-tiba Anda berpikir Anda harus bisa menjadi ibu, ayah, selalu hadir untuk anak, sekaligus total menyokong kebutuhan finansial rumah tangga. Bukannya tidak mungkin. Ini bisa Anda lakukan kok Moms, namun, tentunya tidak bisa 100 persen sempurna. Berpikir realistis adalah kuncinya. Jangan terlalu ambisius. lakukanlah semua peran ini semampu Anda, jangan memaksakan diri, dan tidak perlu berpikir untuk menjadi supermom. Anda juga manusia biasa yang punya keterbatasan.
Baca juga: Bebas Stres dengan Mengajak Anak Menjadi Partner Anda
4. Support System = Penting!
Masih berkaitan dengan 'tuntutan' sebagai supermom, kadang rasa gengsi dan harga diri mengalahkan realita yang ada. Padahal, memiliki support system yang kuat adalah salah satu kunci keberhasilan Anda untuk menyeimbangkan kehidupan Anda. Jangan tolak ibu Anda yang ingin menjaga Si Kecil saat Anda harus bekerja. Membiarkan anak untuk pergi bermain bersama saudara-saudara Anda saat weekend sementara Anda beristirahat sejenak juga bukan dosa besar kok, Moms.
5. Miliki Me Time
Menjadi orang tua tunggal menuntut Anda untuk lebih fokus mengurus segala sesuatunya sendiri. Anda juga pasti punya pikiran seperti "saya sehari-hari sudah bekerja di kantor, jadi weekend harus untuk anak.". Hal ini tidak salah, begitu pun dengan menjadwalkan waktu untuk memanjakan diri sendiri. Karena kebetulan saya senang traveling, biasanya di akhir tahun, saya melakukan solo traveling (ini salah satu alasan mengapa support system sangat penting untuk saya!). Lakukan hal-hal yang Anda sukai, karena ini penting untuk menjaga agar Anda tetap 'waras', sekaligus membuat Anda merasa lebih fresh dan berenergi. Jadi, jangan lupa untuk bahagia ya, Moms! (M&B/Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)