Lagu anak-anak diciptakan dengan bahasa yang sederhana agar mereka mudah mengerti. Namun, sadarkah Anda bahwa lagu anak-anak juga punya dampak psikologis yang positif? Hal ini yang membuat para ahli menganjurkan Moms mendengarkan musik klasik.
Sejak musisi Don Campbell dan psikolog Dr. Alfred Tomatis mengadakan penelitian tentang manfaat positif musik, mucullah teori Mozart Effect. Teori ini mengungkapkan hubungan yang menarik antara musik dan perkembangan kecerdasan manusia.
Benarkah Bermanfaat?
Konon, musik, khususnya musik klasik, dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Karya Mozart adalah musik yang punya efek stimulasi paling baik untuk bayi. Namun faktanya, jenis musik apa pun sebenarnya banyak memberikan efek positif pada bayi dan balita.
Hal tersebut dikatakan oleh Dr. Rose Mini, A.Ap, Mpsi, "Musik sangat diperlukan bagi perkembangan bayi dan balita. Karena sejak masih dalam kandungan, bayi sudah mendengarkan 'ketukan musik' yang berasal dari denyut jantung ibunya."
Musik klasik hingga kini dianggap bisa meningkatkan kecerdasan bayi karena musiknya bersifat menyenangkan. "Kemungkinan besar karena si ibu merasa tenang, maka bayi dapat berkembang secara optimal," ujar dokter yang akrab dipanggil Dr. Romi ini.
Kemampuan audible atau pendengaran memang kemampuan pertama yang dimiliki oleh janin. Gelombang suara dapat menembus dinding uterus sehingga otak bayi dapat merespons jika ada suara-suara dari luar. Dengan demikian, bayi dapat mengenali suara ibunya, bahkan musik-musik yang sering Anda pasang untuknya.
Musik Untuk Bayi
Setiap bayi memiliki musical intellegence, sebagai bagian dari multiple intelegence. Ini adalah kemampuan untuk menikmati, menyanyikan, dan mengarang musik atau potongan-potongan nada. Maka meski mereka belum bisa berbicara, bayi usia tiga bulan sudah dapat menikmati lagu nina bobo yang dinyanyikan oleh ibunya.
Namun, musik yang cocok untuk bayi tak terbatas pada musik klasik saja. Yang penting adalah musik yang berirama tenang, seperti jazz. Selain itu, Anda juga bisa memperkenalkan lagu anak-anak, seperti Cicak-cicak di Dinding atau Naik Delman. Anda mungkin akan terkesima dengan kemampuan mereka mengenali lagu-lagu tersebut.
"Musik memang menstimulasi siapa saja, termasuk bayi," Kata Claire Lambert, mantan perawat anak yang kini memiliki sekolah musik untuk bayi dan balita, Jo Jingles. "Setiap anak akan memberikan respons terhadap ketukan musik. Anda boleh mencoba membiarkan anak Anda duduk di atas karpet. Lalu nyalakan musik. Pastikan ia akan memukul-mukul sesuatu, seolah mencoba mengikuti irama," lanjutnya.
Musik juga dapat digunakan sebagai terapi untuk mengatasi masalah tertentu, seperti susah makan atau menjaga kestabilan emosi anak. Untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti autisme atau down syndrome, diperlukan tenaga ahli yang mengerti kondisinya untuk memberikan panduan jenis dan frekuensi musik yang tepat untuk mereka.
Anda juga bisa memberikan 'terapi ringan' di rumah, namun sebaiknya dilakukan secara konsisten dan pada waktu yang sama setiap harinya. Jika Anda bekerja, malam hari mungkin menjadi waktu yang tepat. Luangkan sekitar 30 menit sebelum tidur untuk melakukannya. Pilihlah lagu yang bersifat tenang, sebab jenis musik keras seperti rock atau rap bisa membuat Si Kecil tegang.
Kelas Musik Untuk Bayi
Hampir setiap sekolah untuk anak usia pra-batita memberikan pelajarana dengan musik, yang biasanya disebut Music and Movement (Musik dan Gerakan). Di kelas ini, mereka didorong untuk mengembangkan musical intellegence yang mereka miliki, selain dibiasakan menikmati musik sejak dini.
"Membawa anak Anda ke kelas musik untuk bayi dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mendorong mereka untuk bersosialisasi," kata Claire. Umumnya kelas musik ini menerima bayi usia 6 bulan, dan masih harus ditemani oleh ibu, ayah, atau pengasuhnya.
Pada kelas ini, mereka akan dikenalkan pada beberapa lagu anak-anak sambil melakukan beberapa gerakan bersama orang tua, misalnya berdansa bersama sambil membuat lingkaran. Kegiatan bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kedekatan antara anak dan orang tua.
Sedangkan di kelas musik untuk usia 1,5 tahun, mulai diperkenalkan alat musik seperti drum kecil atau alat tiup. Sambil menyanyikan sebuah lagu, anak-anak diajak untuk membuat ketukan mengikuti irama lagu, yang tujuannya untuk melatih kemampuan koordinasinya. Meski belum bisa menyanyikan lagunya, kebanyakan anak-anak sudah bisa membuat ketukan dengan benar. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)