Moms, saat balita Anda sudah mulai aktif dan bisa melakukan banyak hal, ia pun akan mulai sering meniru apa yang dilakukan orang lain, misalnya saat temannya berlarian di sekitar taman, Si Kecil pasti akan menirunya. Bahkan mungkin ketika kakaknya memanjat, ia juga akan melakukannya.
Kondisi ini menjelaskan bahwa balita Anda mungkin sedang memasuki fase "latah" atau suka meniru perilaku orang lain. Jika hal yang ditiru negatif, wajar saja jika Anda kesal dan memarahinya. Namun, Anda juga perlu tahu bahwa di balik kebiasaannya itu, Si Kecil sebetulnya sedang dalam proses belajar tentang banyak hal, Moms.
Meniru = tahap belajar
Usia balita adalah usia di mana anak suka sekali meniru. Sejak manusia lahir, imitasi adalah insting untuk meniru apa yang diamati dari lingkungan sekitar. Jadi, bila Anda melihat Si Kecil mulai suka meniru apa yang dilakukan teman sebayanya, artinya ia sedang dalam tahap belajar mengenai perilaku baru dari contoh atau model yang dilihatnya. Dan itu adalah hal yang baik untuk tumbuh kembangnya.
Perilaku meniru bisa dilakukan anak usia berapa pun. Akan tetapi, anak balita akan langsung meniru apa yang ia lihat karena ia belum dilengkapi dengan kemampuan kognitif yang baik. Kebiasaan meniru ini merupakan salah satu hal penting dalam tahap perkembangan anak.
Balita bisa belajar menguasai perilaku atau keterampilan baru tanpa instruksi verbal yang mendetail. Dan umumnya, Si Kecil suka meniru karena rasa senang, misalnya saat ia meniru kakaknya memukul-mukul meja. Awalnya memang tanpa sadar ia melakukan itu karena melihat. Namun, lambat laun, ia bisa menemukan kesenangan ketika melakukan hal tersebut karena pukulannya mengeluarkan bunyi yang seru dan menarik. Faktor penyebab lainnya adalah perhatian.
Proses 3 M
Balita belajar meniru apa yang dilakukan orang lain dengan melewati tiga proses pembelajaran. Pertama, ia harus memperhatikan bagaimana model atau orang yang ia tiru melakukan sebuah perilaku. Kedua, ia menyimpan perilaku yang dilihatnya di dalam memori. Ketiga, Si Kecil harus mampu meniru tingkah polah yang ia lihat. Dan ia juga harus memiliki keterampilan lebih saat meniru, agar gerakan atau perilaku yang ia lakukan sama dengan yang dilakukan oleh orang yang ia tiru. Karena itu, Anda harus bangga, karena di sinilah kemampuan kognitif anak sedang diasah, Moms.
Baca juga: 7 Cara Mudah untuk Meningkatkan Kecerdasan Kognitif Balita
Namun, semua hal tersebut bisa dilakukan balita Anda jika ia memiliki motivasi untuk melakukan suatu hal yang telah diamati, diingat, dan kemudian dipraktikkan. Inilah tugas Anda, yaitu mampu memberikan motivasi karena motivasi menjadi faktor penting dalam proses belajar setiap anak.
Kapan boleh marah
Jika Si Kecil meniru perilaku yang negatif, Anda jangan buru-buru memarahinya, Moms. Sebaliknya, Anda harus tenang, kemudian ajak ia bicara tentang perilaku yang ditunjukkannya. Tanya mengapa ia melakukan hal tersebut, lalu jelaskan mengapa tindakannya tidak baik untuk dilakukan.
Peringatan bisa diberikan dengan tegas, tapi sebaiknya tanpa hukuman fisik. Ingat, bahwa belajar juga bisa terjadi dengan mengamati bagaimana orang tua berperilaku. Pemahaman tentang mana yang baik dan tidak baik dilakukan ini juga berkaitan dengan kemampuan kognitif.
Karena itu, penanaman tentang mana yang pantas dan tidak pantas harus dilakukan sejak dini. Hati-hati dengan bagaimana Anda berperilaku dalam aktivitas sehari-hari, karena anak juga bisa mengamati dan belajar dari perilaku orang tuanya. Karena itu, jadilah contoh yang baik untuk Si Kecil ya, Moms. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Freepik)