Moms, coba amati perilaku Si Kecil. Apakah ia terlihat lebih sering menyendiri dan kesulitan untuk berekspresi? Waspada ya Moms, mungkin saja ia mengalami sindrom Asperger.
Melihat Si Kecil murung dan tidak memiliki teman memang menyedihkan, apalagi jika ia sampai dianggap aneh oleh anak-anak lain. Anak yang dilabeli aneh biasanya tak lepas dari ledekan yang dapat memengaruhi kepercayaan dirinya.
Masa balita Si Kecil tidak akan terulang kembali. Jangan sampai masa tersebut menjadi penghambat perkembangan trauma dari "gangguan" yang dideritanya.
Di sisi lain, Moms juga tidak boleh begitu saja menyalahkan teman-temannya. Anda sebaiknya mengevaluasi pribadi Si Kecil terlebih dahulu. Kira-kira apa yang membuatnya terlihat aneh?
Apakah karena cara bicaranya yang terlalu formal dan berulang-ulang? Atau karena terlihat jarang berekspresi ketika berbicara? Jika ciri-ciri tersebut terlihat pada Si Kecil, kemungkinan ia mengalami sindrom Asperger.
Gangguan Fungsi Sosial
Sindrom Asperger merupakan gangguan perkembangan yang membuat Si Kecil mengalami keterlambatan dalam bersosialisasi, berimajinasi, dan berkomunikasi. Namun perlu diketahui, pengidam sindrom Asperger seringkali mempunyai tingkat kecerdasan dan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak pengidap autisme atau bahkan anak normal lainnya.
Meski memiliki fungsi lebih baik, anak dengan sindrom Asperger akan sangat terhambat dalam proses sosialisasi karena bahasanya yang dianggap kaku dan sering memberikan jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaannya.
Kesulitan dalam berekspresi dan menunjukkan rasa empati juga membuat Si Kecil terlihat agak arogan. Akan tetapi sebenarnya, ia tidak pernah bermaksud menyakiti hati siapa pun.
Ketidakmampuan dalam melakukan dan memahami komunikasi non-verbal inilah yang membuat Si Kecil seakan terkungkung dalam pikirannya. Layaknya tokoh utama dalam film My Name is Khan atau Adam yang bercerita tentang pengidap sindrom Asperger, anak yang hidup dengan sindrom ini berisiko menjadi korban perundungan atau bullying. Perkembangannya bisa terganggu jika tidak ditangani dengan tepat.
Ciri Khas Asperger
Pada umumnya, sindrom ini sudah dapat dikenali saat anak berusia 2-6 tahun. Anak laki-laki memiliki risiko empat kali lebih besar terkena sindrom Asperger ketimbang anak perempuan.
Sayangnya, penyebab sindrom ini belum diketahui hingga kini. Namun para ahli meyakini bahwa kelainan otak memiliki pengaruh besar sebab anak-anak pengidapnya terdeteksi memiliki perbedaan fungsi dan struktur otak pada daerah tertentu.
Perbedaan tersebut diduga terbentuk selama masa kehamilan dan diturunkan secara genetik, karena anak pengidap sindrom Asperger biasanya memiliki keluarga dengan sindrom yang sama atau autisme. Sekilas, penderita sindrom Asperger terlihat normal. Kelainan akan tampak saat Si Kecil berinteraksi dengan orang lain. Berikut ciri-ciri anak sindrom Asperger:
1. Tidak memahami komunikasi non-verbal, seperti ekspresi dan bahasa tubuh orang lain dan diri sendiri. Ia juga minim melakukan kontak mata.
2. Sulit berinteraksi dengan orang lain dan memulai pertemanan.
3. Berbicara dengan suara monoton dan formal dengan kecepatan lambat atau cepat.
4. Kurang mampu berkomunikasi, sulit memahami konteks bahasa dan memberikan respons.
5. Perkembangan kemampuan motorik halus dan kasar yang terlambat.
6. Perilaku eksentrik atau kebiasaan berulang, seperti meremas-remas jari tangan dan mengenakan pakaian dengan urutan yang tidak umum.
Sebagai catatan, belum ada obat untuk menyembuhkan sindrom ini, tapi ada obat untuk menangani gejala yang timbul seperti kecemasan, depresi, hiperaktif, dan perilaku obsesif-kompulsif. Selain terapi dan obat, dukungan keluarga sangat penting untuk membangun kepercayaan diri, terutama karena Si Kecil jadi rentan depresi.
Dukung Si Kecil
Satu hal penting yang harus diingat, Moms tak perlu berkecil hati meski perkembangan Si Kecil sangat terkendala. Pada umumnya, anak dengan sindrom Asperger memiliki keterampilan dan bakat luar biasa yang sangat menonjol dalam bidang tertentu. Untuk mendukung potensi tersebut, lakukan terapi berikut ini sejak dini:
⢠Modifikasi perilaku sebagai langkah mendukung perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif.
⢠Terapi kemampuan sosial untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan memahami berbagai bentuk komunikasi non-verbal.
⢠Terapi bicara, fisik, atau okupasi guna meningkatkan kemampuan fungsional.
⢠Memberikan pendidikan khusus yang tidak didapat pada pendidikan umum. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)