Moms, bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan Si Kecil? Apakah searah atau dua arah? Moms perlu tahu, komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang lebih menyenangkan dan positif antara Anda dengan Si Kecil.
Banyak Moms yang mengaku pernah dengan tidak sengaja membentak anak, atau bahkan sampai mengancam. Sebaiknya, sikap semacam itu tidak diulangi lagi ya Moms. Menurut Elly Risman Musa, M.Psi, psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, hal tersebut dapat berakibat negatif pada kepribadian dan masa depan anak. Apa saja akibatnya?
⢠Melemahkan konsep diri anak.
⢠Membuat anak menjadi pribadi yang diam, melawan, tidak peduli, dan sulit diajak bekerja sama.
⢠Menjatuhkan harga dan kepercayaan diri anak.
⢠Kemampuan berpikir anak menjadi lebih rendah.
⢠Tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan sendiri.
⢠Membuat anak menjadi pribadi yang cenderung suka iri.
Sebelum terlambat, yuk ubah cara komunikasi Moms dengan Si Kecil. Anda juga bisa menerapkan beberapa hal yang disarankan berikut ini, Moms.
Kenali Inner Child
Ada yang meyakini bahwa dalam diri setiap orang, terdapat inner child, jiwa semasa anak-anak yang mengalami banyak kejadian dan perlakuan dari orang tua. Kemungkinan, inner child sesama kanak-kanak turut memengaruhi Moms dalam membesarkan Si Kecil. Misalnya jika orang tua Moms dahulu suka menyuruh Anda melakukan segalanya dengan cepat, bisa jadi Anda juga melakukan hal yang sama terhadap Si Kecil. Alangkah baiknya jika Moms dan pasangan mengenali inner child masing-masing dan hindari menggunakan bagian yang tidak baik.
Baca Bahasa Tubuh
Komunikasi tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan. Menurut Elly, tindakan itu sebenarnya lebih nyaring dari kata-kata. Oleh sebab itu, pahami bahasa tubuh Si Kecil. Pada usia batita, anak cenderung berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Pada buku Kamus Perkembangan Bayi dan Balita karya Jane Chumbley, disebutkan bahwa kurang dari 10 persen emosi batita dituangkan lewat kata-kata, dan 90 persen melalui bahasa tubuh.
Dengarkan Perasaannya
Sebagai orang tua, Anda harus peka terhadap perasaan anak. Misalnya saat ia sedang mendapat masalah di sekolah atau dimarahi guru, sebaiknya Anda tidak menyalahkannya dan ikut memarahi. Sangat disarankan, Moms bertanya dan mencoba menerka bagaimana perasaannya. Dengan begitu, Si Kecil akan merasa bahwa Anda juga bisa merasakan hal yang ia alami.
Hindari Bicara Tergesa-Gesa
Saat berkomunikasi dengan anak, sebisa mungkin hindari berbicara panjang, cepat, dan bernada tinggi. Bicaralah pelan-pelan pada waktu yang tepat, terutama saat Anda menegur Si Kecil. Berbicara tergesa-gesa disertai nada tinggi justru akan berdampak tidak baik. Selain menguras energi, anak juga akan merasa sebal dan kebal terhadap Anda.
Pahami Anak
Ingatlah bahwa setiap individu adalah unik. Oleh sebab itu, hindari membandingkannya dengan anak lain karena bisa berdampak negatif terhadap kepribadian anak. Selain merasa minder, anak pun tidak akan menjadi dirinya sendiri. Bisa jadi, ia terdorong melakukan sesuatu hanya supaya dianggap baik atau sekadar mendapat pujian.
Mendengar Aktif
Cobalah untuk mendengar cerita dan segala keluh-kesah anak. Bukan hanya mendengar biasa, tapi mendengar secara aktif (active listening). Saat anak sedang bercerita, jangan memotong pembicaraannya hingga selesai. Agar anak tahu bahwa Anda mendengarnya, sesekali tanggapi apa yang ia ucapkan atau bertanya agar Si Kecil semakin bersemangat untuk menyelesaikan ceritanya.
Sampaikan Pesan 'Saya'
Saat anak berbuat salah, hindari menegurnya dengan mengatakan, "Kamu sih, kan Mama sudah bilangâ¦,". Hal tesebut akan mengesankan bahwa anak selalu salah. Ubahlah kebiasaan tersebut dengan belajar menyampaikan pesan 'Saya', misalnya "Saya (mama atau papa) akan marah kalau Kamu ...". Anak akan lebih paham dan menghargai Anda.
Tentukan Masalah Siapa
Apabila Anda ingin anak belajar bertanggung jawab, aplikasikan hal ini. Hindari terlalu banyak ikut campur dalam masalah anak. Pandailah memilih masalah mana yang perlu bantuan Anda untuk diselesaikan. Hidup adalah pilihan dan biarkan anak memahami hal tersebut. Meski masih kecil, anak juga perlu belajar mengambil keputusan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)