Type Keyword(s) to Search
TODDLER

5 Gaya Asuh yang bisa Menghambat Perkembangan Anak

5 Gaya Asuh yang bisa Menghambat Perkembangan Anak

Setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan sendiri. Psikolog Michele Borba, Ed. D., mengungkapkan lima gaya pengasuhan yang berpotensi melumpuhkan perkembangan Si Kecil. Tapi, jangan khawatir karena M&B memberikan solusi untuk Anda.


1. Gaya Helikopter

Orang tua seperti ini tak akan pernah beranjak jauh dari anaknya. Ia akan melindungi sedemikian rupa sehingga anak tidak akan pernah terantuk batu sekecil apa pun dalam hidupnya. Gaya semacam ini bisa diibaratkan dengan helikopter yang senantiasa terbang rendah.

Orang tua rela menghentikan semua aktivitasnya bila itu demi kepentingan anak. Pendek kata, orang tua mencurahkan energi berlebih semata-mata agar anaknya berhasil. Ketika semua tugas beres, helikopter beraksi menjadi pesawat tempur yang akan menyelesaikan semua masalah.

Tanpa disadari, orang tua akan memasung anak dalam ketergantungan sehingga anak tak pernah siap mengatasi masalahnya sendiri. Bayangkan kalau Anda selalu mengambil alih dan mengatur semua hal, bukankah itu berarti tak pernah memberi kesempatan kepada anak untuk mengasah berbagai keterampilan hidup yang sangat penting baginya?

Itulah mengapa, anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini biasanya masih kategori 'problem-solving deficit disorder'. Selain tidak mampu memecahkan masalah, rasa percaya diri anak pun rendah hingga selalu gamang menghadapi dunia nyata. Tak ada salahnya terlibat dalam keseharian anak, tapi jangan mengintervensi terlalu jauh. Dengan demikian anak akan mampu mengembangkan kemandiriannya.


2. Gaya Sok Bersahabat

Tak ada yang salah ketika orang tua ingin menjadi sahabat terbaik bagi anaknya. Sayangnya, keinginan menggebu ini membuat orang tua jadi enggan mengatakan 'tidak'. Namun perlu diingat, anak tetaplah anak yang memiliki wewenang untuk menetapkan aturan dan batasan.

Selalu mengiyakan apa pun permintaan anak justru sangat tidak membantu mereka tumbuh menjadi individu yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, tahan banting, sekaligus penuh kasih. Gaya pengasuhan sok bersahabat ini terbukti mencetak generasi manja.

Belajarlah untuk berani menetapkan batasan dan aturan yang jelas. Ambil kembali kendali yang seharusnya memang ada di tangan Anda. Sadari bahwa yang paling dibutuhkan anak adalah sosok orang tua dan bukan sekadar sahabat.


3. Gaya Aksesoris

Orang tua dengan gaya pengasuhan ini mengandalkan kekayaan dan kesuksesannya sebagai orang tua untuk mendapatkan penghargaan anak dan lingkungan sekitar. Mereka memfasilitasi keperluan anak hanya agar tumbuh jadi anak 'sempurna' yang bisa dibanggakan dan dipamerkan.

Tak ada yang salah kala orang tua bangga pada prestasi yang diukir anak. Sayangnya, gaya ini kerap dimanipulasi sebagai ambisi dan mimpi orang tua yang tak terealisasi. Hingga ketika anak gagal mengukir prestasi, ia akan merasa bersalah.

Jika terus berlanjut, identitas anak bakal terancam karena rasa saling keteragantungan yang tidak sehat. Karenanya bagi orang tua, belajarlah melihat anak Anda sebagai individu unik, yang berbeda dari Anda. Selalu sesuaikan pengasuhan dengan bakat kebutuhan dan kekhasan masing-masing anak.


4. Gaya Paranoid

Sikap paranoid membuat orang tua begitu obsesif melindungi anaknya dari ancaman bahaya, fisik maupun psikologis, dibarengi dengan ketakutan yang berlebihan sehingga anak tak pernah boleh lepas dari pandangannya sedetik pun.

Ketakutan berlebih ini mendorong orang tua untuk mengekang buah hatinya. Anak pun dijejali aneka pesan dengan kata kunci, "Jangan!". Orang tua pun sibuk memasang peralatan canggih di rumah hanya untuk memastikan anak aman.

Padahal lewat mengkhawatirkan bahaya yang baru 'mungkin' terjadi, akan memupuk rasa takut, gelisah, dan kurang percaya diri anak. Maka, orang tua perlu belajar untuk sedikit rileks. Ketika Anda menyadari terlalu protektif, atasi kecemasan Anda sendiri dan jangan 'menularkan' pada anak.


5. Gaya Bayangan

Tanpa disadari orang tua dengan gaya pengasuhan ini membiarkan anaknya berada di bawah pengaruh 'orang luar'. Anak menjadi sosok yang dikendalikan oleh handphone, komputer, YouTube, video game, televisi, Facebook, iPod, DVD, dan sejenisnya.

Oleh karena itu, anak jadi rentan terhadap tekanan dari luar dan akan lebih bergantung pada bimbingan dan nilai-nilai dari dunia luar, ketimbang Anda sebagai orang tua. Sadarilah bahwa Anda memiliki pengaruh dan tanggung jawab untuk membimbing dan menanamkan nilai-nilai lurus, sekaligus menjaga anak dari perilaku yang penuh risiko. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)