Type Keyword(s) to Search
BABY

5 Mitos dan Fakta Mengenai Kecerdasan Newborn

5 Mitos dan Fakta Mengenai Kecerdasan Newborn

Saat bayi terlahir ke dunia, semua mata memandang dengan senyum kebahagiaan. Dan di balik kedua bola matanya yang lebih sering terpejam, ada begitu banyak misteri kecerdasan yang tak tebayangkan dan ingin dikuak. 

Banyak hal yang mungkin Anda percayai tidak berdasar atau bahkan salah total. M&B mengungkap mitos dan fakta kecerdasan bayi yang bisa Anda jadikan acuan. Yuk, simak mitos dan faktanya, Moms!


1. Otak Si Kecil sangat 'miskin'

Mitos: Sel-sel saraf bayi baru lahir sangat 'primitif' dan kurang berkembang. Hanya sekitar ¼ bagian dari berat total otaknya saja yang berpikir, memaknai, dan mengingat.

Fakta: Intelegensianya terkait dengan kemampuan saraf, hormon, juga imunitas. Selubung mielin yang membungkus sarafnya sudah ada di beberapa tempat hanya dalam waktu beberapa minggu setelah pembuahan.


2. Si Kecil tidak bisa berpikir

Mitos: Bayi baru lahir akan menerima apa saja yang diberikan untuknya, karena ia tidak bisa memikirkan apa-apa. Ia tidak bisa berkata-kata, maka berarti ia tidak bisa berpikir.

Fakta: Mereka mampu berpikir dengan atau tanpa bahasa. Bukti dari fakta ini, bayi bisa menjangkau sesuatu, bermimik ingin tahu, mengerutkan kening, menjerit sebagai tanda protes, atau tertawa gembira.

Ia juga bisa mendengar dengan penuh perhatian saat dibacakan cerita. Bahkan menurut studi gelombang otak, bayi adalah 'pemimpi besar'. Ia bisa bermimpi lebih dari yang Anda lakukan. Lihatlah saat bayi Anda tersenyum-senyum sendiri di tidurnya yang nyenyak. Jadi, bagaimana bayi bisa bermimpi tanpa berpikir?


3. Bagian otak Si Kecil tidak saling terhubung

Mitos: Otak bayi seperti mesin pada jalur perakitan yang tidak dapat bekerja sebelum bagian terakhir dipasang, yaitu bagian korteks atau kulit luar. Hal ini karena bagian otak yang terbentuk pertama adalah 'primitif' dan kurang bekerja. Barulah setelah usianya bertambah, ia bisa berpikir layaknya orang dewasa.

Fakta: Korteks otak memiliki sisi kanan dan kiri simetris yang terbentuk paling akhir. Namun, kesimpulan korteks tidak sanggup bekerja hingga tuntas itu adalah salah. Sebelum korteks selesai terbentuk, sistem untuk bernapas, tidur, bangun, menangis, orientasi spasial, dan gerakan sudah berfungsi.

Indra perasa, peraba, penciuman, dan pendengaran juga sepenuhnya telah bekerja. Hanya bagian indra penglihatan saja yang saat bayi lahir belum sepenuhnya berkembang.


4. Si Kecil tidak dapat merasakan

Mitos: Masih ada saja petugas medis yang tak memberi anestesi saat bayi menjalani operasi atau tindakan medis lainnya hanya karena mereka beranggapan bahwa bayi tidak benar-benar bisa merasakan apa pun.

Fakta: Saat lahir, semua indra telah bekerja selaras. Indra perasa mulai berfungsi sekitar 14 minggu setelah konsepsi, indra pendengaran sekitar 20 minggu kehamilan, dan indra peraba sensitif saat pipi Si Kecil dibelai. Karenanya, ia akan menangis keras saat kesakitan.


5. Si Kecil tidak peka terhadap sekitarnya

Mitos: Bayi baru lahir cenderung pasif. Mereka tidak responsif terhadap sinyal sosial, sehingga kehilangan kontak dengan dunia luar dan asyik dengan dirinya sendiri.

Fakta: Kedekatan yang terjalin begitu intim antara ibu dan bayinya usai dilahirkan layaknya sebuah magnet. Bayi akan memerhatikan perubahan di wajah Anda dengan 'indra keenamnya' dan langsung bisa meniru ekspresi kesedihan, kebahagiaan, juga kejutan.

Ia bisa mendengar dengan presisi yang luar biasa apa yang ibunya ucapkan. Jadi, jika ia sibuk sendiri, ia tak akan bisa menganalisis dan merespons suara. Justru ia akan berhenti makan bahkan ketika lapar, hanya untuk mendengarkan sesuatu yang menarik.

Dan jika ia mendengar bayi lain menangis, biasanya ia pun ikut menangis. Namun jika ia mendengar rekaman tangisannya sendiri, ia bisa tiba-tiba berhenti menangis karena ia mengenali suaranya sendiri. (M&B/SW/Dok. Freepik)