Semua ibu pasti ingin melalui persalinan dengan baik dan berharap bayinya lahir dengan sehat. Karena itu, Moms akan melakukan persiapan sebaik mungkin menjelang proses melahirkan Si Kecil. Walaupun begitu, sebaik-baiknya persiapan yang Anda lakukan, proses persalinan tetap menyimpan risiko dan hal-hal di luar dugaan kerap terjadi.
Dalam proses persalinan normal, misalnya, Moms mungkin akan menjumpai kondisi saat bayi butuh bantuan untuk bisa lahir dan keluar. Hal ini biasanya dialami tepat menjelang akhir proses melahirkan, saat Moms telah mengalami proses persalinan yang panjang dan melelahkan sehingga tak kuat lagi untuk mengejan guna mengeluarkan bayi Anda.
Nah, untuk membantu mendorong bayi keluar dari rahim ibu, salah satu metode umum yang digunakan adalah vacuum extraction atau lebih dikenal dengan istilah vakum. Metode ini digunakan untuk menarik kepala bayi agar lebih mudah keluar dari rahim ibu.
Manfaat Vakum
Vakum adalah alat menyerupai sebuah cup untuk ditempelkan pada permukaan atas kepala bayi. Alat vakum terdapat dua jenis yakni menggunakan tenaga manusia ataupun tenaga mesin, sesuai kebutuhan atau tingkat kesulitan selama persalinan.
Ekstraksi vakum digunakan untuk mempermudah kelahiran antara lain apabila:
⢠Ibu sudah merasa kelelahan untuk mendorong atau mengejan.
⢠Bayi menunjukkan tanda-tanda sulit dilahirkan yang membuat ibu berisiko tidak dapat mendorongnya keluar.
⢠Alasan medis yang bisa mengakibatkan risiko jika ibu mengejan
⢠Kepala bayi tidak berada pada posisi optimal untuk keluar dari jalan lahir.
Prosedur Vakum
Untuk prosedurnya, Moms akan diberikan bius lokal dengan suntikan lidokain sebelum dokter memasukkan vakum. Untuk vakum rendah (posisi kepala janin sudah turun ke jalan lahir), prosesnya berlangsung sekitar 5-10 menit. Jika bayi prematur, ia tidak boleh divakum karena tengkorak kepalanya masih muda. Begitu pula dengan bayi sungsang, karena posisi janin yang melintang tidak memungkinkan dicapai oleh vakum.
Efek Samping Vakum pada Bayi dan Ibu
Meskipun begitu, vakum memiliki efek samping, baik pada bayi maupun pada ibu yang melahirkan. Secara umum, vakum dapat menyebabkan bengkak pada lapisan kulit kepala bayi dan terjadi jika sedotan vakum terlalu kuat. Tetapi normalnya, bengkak tersebut akan hilang dalam 4 hari dan dapat lebih cepat jika dikompres.
Persalinan dengan vakum juga memiliki efek samping pada ibu melahirkan, yaitu:
1. Anemia. Jika saat proses persalinan dengan vakum ibu mengalami perdarahan hebat pada jalan lahir, maka hal tersebut bisa menyebabkan anemia dan mengakibatkan kondisi semakin buruk. Karena itu, sejak masa hamil hingga menjelang persalinan, Moms sebaiknya konsumsi makanan yang kaya zat besi.
2. Robeknya vagina. Pemasangan alat vakum oleh tenaga medis juga perlu dilakukan dengan teliti dan pastikan tidak ada organ yang terjepit, seperti vagina. Karena jika terjepit dan tertarik, bisa menyebabkan robeknya vagina.
3. Robeknya anus. Risiko lainnya adalah robeknya anus akibat dari tarikan alat vakum.
Selain itu, ada beberapa efek samping lain, seperti risiko infeksi jika terjadi episiotomi, rusaknya leher rahim jika cup tidak terpasang dengan benar, serta timbulnya sakit sendi panggul.
Namun, menurut dr. Ardiansjah Dara Sp.OG, M.Kes dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, semua risiko dan efek samping yang bisa terjadi pada bayi dan ibu tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan prosedur yang tepat.
Maka dari itu, prosedur vakum harus dilakukan oleh tenaga medis yang terampil dan berpengalaman dan di bawah pengawasan yang benar.
Tindakan vakum sendiri merupakan pilihan terakhir yang dilakukan dokter demi keselamatan janin. Jika dengan vakum, kepala bayi tetap tidak mudah dikeluarkan, maka prosedurnya akan distop dan mungkin saja dilakukan tindakan bedah caesar. (M&B/SW/Dok. Freepik)