Memiliki anak menjadi impian setiap pasangan, dan biasanya ini sudah direncanakan sejak awal pernikahan. Namun, tak sedikit yang mengalami kesulitan untuk menghadirkan Si Kecil di tengah keluarga. Kesulitan itu bisa diatasi, salah satunya dengan mengikuti program bayi tabung.
Program yang dikenal juga dengan IVF (In Vitro Fertilisation) Ini merupakan tindakan medis yang menggabungkan sperma dan sel telur di luar rahim. Nantinya, sperma dan sel telur yang bisa berkembang menjadi embrio akan dikembalikan ke rahim untuk bertumbuh di dalamnya.
Dan seiring perkembangan teknologi, saat ini prosedurnya hanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Hal ini dikarenakan pengambilan telur yang sebelumnya perlu tindakan bedah, sekarang bisa dilakukan dalam waktu 3 jam saja.
"Bahkan di luar negeri ada pelayanan bayi tabung di basement sebuah gedung perkantoran. Jadi pengambilan telur bisa dilakukan pada saat jam makan siang. Begitu mudahnya," jelas dr. Ivan Sini, Sp.OG, ahli bayi tabung. Lalu, bagaimana prosedur yang akan dijalani? Berikut penjelasannya, Moms:
1. Program bayi tabung akan diawali dengan penyuntikan hormon untuk menghasilkan telur yang lebih banyak demi meningkatkan peluang kehamilan.
2. Begitu matang dan mencapai ukuran yang diinginkan, telur-telur ini akan dikumpulkan dengan menggunakan jarum khusus yang ditempelkan pada alat ultrasonografi yang dimasukkan melalui vagina.
3. Telur itu kemudian dikeluarkan dari kulitnya.
4. Ketika kulit telur sudah tidak ada, sel sperma diletakkan pada telur agar terjadi pembuahan. Jika pembuahan sudah terjadi, maka embrio akan tumbuh.
5. Setelah mengalami pembelahan selama 5-6 hari, embrio akan dipindahkan ke dalam uterus dan selanjutnya akan menempel pada dinding uterus.
Embrio yang akan dimasukkan ke dalam rahim biasanya hanya dua. Ini untuk mengurangi risiko kelahiran bayi kembar 3 yang lebih berisiko. Pada program bayi tabung biasa, embrio dibiakkan di luar tubuh selama 3 hari tapi pada kultur blastosis, embrio dikultur sampai 5 hari sehingga perkembangan embrio bisa dilihat lebih lama dan dapat memilih embrio yang lebih baik.
Untuk Siapa Bayi Tabung?
Dr. Ivan mengatakan bahwa semua pasangan yang kesulitan mendapatkan anak secara alami, berhak mengikuti program bayi tabung, meski dokter memerlukan indikasi medis tertentu sebelum memberikan anjuran program tersebut. Indikasi bayi tabung:
⢠Calon ayah memiliki jumlah sperma yang sangat sedikit atau azoospermia.
⢠Saluran telur calon ibu mampat dan tidak bisa diperbaiki melalui operasi.
⢠Kista atau endometriosis.
⢠Usia calon ibu (biasanya, semakin tua, semakin sulit untuk hamil).
⢠Alergi terhadap sperma.
Persiapan Mental juga Penting
Menjalani program bayi tabung tentu memberikan harapan untuk memiliki anak yang cukup tinggi. Namun di sisi lain, ada kemungkinan bahwa program gagal karena alasan tertentu. Hal ini bisa membuat mental pasangan menjadi tidak stabil.
"Pasien akan memulai proses dengan sebuah harapan, ini membuat emosi menjadi naik turun. Ketika ternyata telur hanya sedikit, mungkin harapan berkurang. Harapan naik lagi ketika telurnya bagus-bagus. Perasaan diaduk kembali ketika ternyata embrio tak terlalu bagus, dan seterusnya," ucap dr. Ivan.
Maka sebelum menjalankannya, pola pikir pasien harus dipersiapkan dengan baik sehingga bisa mengatur emosi dan harapan mereka terhadap program ini. Sebab, manusia hanya bisa berusaha sampai 1 titik tertentu saja, selebihnya tetap ditangan Tuhan.
"Banyak pasien yang tidak kembali setelah gagal. Namun, ada pula yang meski gagal, ia kembali dan mendiskusikan masalahnya. Artinya, ia masih punya komitmen yang baik untuk mengoreksi masalah yang dimiliki," jelas dr. Ivan. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)