Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Donor ASI, Amankah jika ASI Dibagi?

Donor ASI, Amankah jika ASI Dibagi?

Ada sebagian ibu yang tidak bisa maksimal memberikan ASI kepada Si Kecil. Di sisi lain, ada ibu yang produksi ASI-nya berlimpah. Amankah jika ASI dibagi?

Bisa menyusui dan memberikan ASI pada Si Kecil pasti menjadi keinginan setiap ibu. Akan tetapi, karena alasan-alasan tertentu, ada ibu yang tidak bisa memberikan 'cairan kehidupan' tersebut kepada bayinya.

Meski demikian, biasanya para Moms tetap berusaha agar Si Kecil mendapatkan ASI. Sebab, kita semua tahu bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi.


ASI dari Ibu Susu

Berdasarkan protokol pemberian asupan bayi yang direkomendasikan organisasi kesehatan dunia (WHO), donor ASI adalah pilihan terbaik bagi bayi jika seorang ibu tidak bisa memberikan ASI secara langsung maupun ASI perah. Pilihan terakhir adalah susu formula.

Lantas jika WHO menganjurkan donor ASI, mengapa masih ada sikap kontra dari masyarakat? Mia Sutanto, konselor laktasi dan ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mengatakan sikap kontra terhadap donor ASI, sah-sah saja. Moms perlu tahu, menerima donor dan bersedia mendonorkan ASI sesungguhnya adalah sebuah pilihan. Umumnya, sikap kontra muncul karena belum ada pemahaman mekanisme donor ASI yang menyeluruh atau terkait dengan aspek sosial budaya dan agama.


Aspek Agama

Salah satu alasan sekelompok Moms menolak donor ASI adalah karena aspek agama. Dalam agama Islam, donor ASI lebih sering dianalogikan dengan menyusui orang lain pada zaman Nabi Muhammad SAW. Rasul sendiri juga pernah disusui oleh seorang wanita bernama Halimah Sa'diah.

Kala itu memang sudah menjadi tradisi menggunakan ibu menyusui atau yang disebut murdi'at. Halimah adalah ibu menyusui yang dipercayakan Aminah untuk menyusui Nabi Muhammad SAW. Merujuk pada hal ini, menyusui bayi orang lain diperbolehkan dalam Islam.

Hanya saja, ada konsekuensi bayi Anda dan bayi dari ibu yang dimintai tolong untuk menyusui, menjadi saudara sepersusuan. Artinya, keduanya tidak boleh menikah ketika dewasa kelak.

Konsekuensi inilah yang membuat sebagian Moms ragu atau menolak praktek donor ASI. Para Moms ini khawatir, anak-anak mereka akan saling menikahi setelah dewasa.


Syarat Donor ASI

Sulit jika harus berdebat dalam konteks agama. Namun jika keengganan berbagi ASI didasari rasa khawatir terhadap kesehatan, Mia mengatakan bahwa sebenarnya bahaya penularan penyakit melalui ASI, minim sekali. Banyak upaya pencegahan yang bisa dilakukan dan tentunya tidak sembarang ibu bisa mendonorkan ASI.

AIMI yang selama ini berperan sebagai perantara donor ASI mewajibkan setiap ibu yang ingin mendonorkan ASI-nya untuk mengisi formulir terlebih dahulu dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Pendonor ASI berada dalam keadaan sehat dan sedang menyusui bayi yang dengan pola tumbuh kembang yang sesuai.

2. Tidak sedang mengonsumsi obat-obatan secara rutin kecuali pil KB (hanya hormon progestin), tiroksin, insulin, vitamin kehamilan, zat besi, dan kalsium.

3. Tidak merokok, menggunakan narkoba ilegal, dan mengonsumsi alkohol secara rutin.

4. Tidak terinfeksi atau memiliki risiko terinfeksi penyakit HIV, HTLV, hepatitis B atau C, dan sifilis.

5. Dilarang menyumbangkan ASI yang diperah atau dikumpulkan selama pendonor ASI sedang sakit atau mengonsumsi obat-obatan untuk terapi penyembuhan.


Tindakan Flash Heating

Mia juga menambahkan, untuk membunuh aneka bakteri dan virus yang mungkin ada di dalam ASI yang diterima, sebaiknya dilakukan tindakan flash heating atau pasteurisasi terlebih dahulu. 

Secara detail, ada 3 cara untuk memastikan tidak ada bakteri dan virus dalam ASI, yaitu:

1. Holder: Metode pasteurisasi dengan cara merendam botol ASI ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 62,5 derajat Celsius selama 30 menit.

2. Pretoria: Merupakan metode pasteurisasi dengan merendam botol ASI ke dalam air mendidih selama 20-30 menit.

3. Flash heating: Merupakan metode pasteurisasi dengan cara merendam botol ASI ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 100 derajat Celsius selama 5 menit.

Akan lebih baik lagi jika kegiatan donor ASI ini dibarengi dengan pendamping atau konseling dengan seorang konselor menyusui. Moms, juga bisa meminta bantuan AIMI untuk informasi lebih lengkap soal prosedur donor ASI. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)