Tahukah Moms? Pemantauan satelit penginderaan jauh yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mencatat kondisi polusi udara di Jakarta sudah semakin mengkhawatirkan, lho.
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa menurunnya kondisi udara terjadi akibat kontribusi gas buang kendaraan bermotor, industri, dan musim kemarau di Indonesia.
"Peningkatan emisi atau pelepasan PM 2,5 dari kendaraan bermotor, industri, ditambah kondisi memasuki musim kemarau membuat polusi udara berada di tingkat yang perlu diwaspadai," ujar Thomas seperti dilansir CNNIndonesia.
Perlu diketahui, PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron. Partikel yang berbahaya ini berukuran sangat kecil hingga bisa menembus masker yang biasa Anda pakai. Jika menumpuk di paru-paru, PM 2,5 bisa menyebabkan beragam penyakit hingga mengakibatkan kematian.
Tingkat polusi yang tinggi juga membuat Jakarta menempati peringkat ketiga dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk, setelah Dhaka (Bangladesh) dan Dubai (Uni Emirat Arab). Data AirVisual menunjukkan, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 145 dan termasuk kategori tidak sehat.
Sejauh ini, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memang telah melakukan sejumlah tindakan guna mengurangi pencemaran udara di ibu kota. Selain program penghijauan, pemda DKI Jakarta juga semakin giat mengkampanyekan penggunaan transportasi umum dan transportasi alternatif seperti sepeda agar tingkat polusi udara bisa berkurang.
Udara Sehat
Sebenarnya, bagaimana sih kondisi udara sehat? Udara bisa dikategorikan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93% argon, 0,03 karbondioksida (CO2), dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metana (CH4), serta hidrogen (H2). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi, maka udara tersebut telah tercemar.
Efeknya
Polusi udara jelas punya efek negatif bagi kesehatan manusia, khususnya anak-anak. Peneliti dari University of California, AS, menemukan fakta bahwa pencemaran udara memiliki dampak terhadap angka kematian bayi yang disebabkan SIDS (Sudden Infants Death Syndrome) dan kematian akibat penyakit pernapasan lainnya. Berikut adalah zat-zat yang berpotensi mengganggu kesehatan anak apabila komposisinya tidak normal.
1. Karbon Monoksida (CO) dan Karbon Dioksida (CO2)
Keduanya merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, tapi sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan gangguan paru-paru, menurunnya fungsi pengelihatan, dan penurunan kerja otak. Dalam jumlah besar, gas ini dapat meracuni tubuh dengan cara mengikat hemoglobin yang bisa menimbulkan kematian karena otak kekurangan oksigen. CO dan CO2 dihasilkan dari semua proses pembakaran dan industri, termasuk kegiatan rumah tangga, seperti memasak menggunakan kompor gas elpiji.
2. Benzopyrenes
Partikel organik ini berasal dari pembakaran rokok dan kayu. Menghirup benzopyrenes menghasilkan daftar panjang penyakit saluran pernapasan, seperti asma, bronkitis, pembengkakan paru-paru, hingga kanker. Untuk menghindarinya, pastikan Si Kecil jauh dari asap rokok.
3. Nitrogen Monoksida
Adalah gas hasil pembuangan kendaraan bermotor. Gas inilah yang menjadi ancaman utama anak-anak yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Bayi yang terpapar asam kendaraan dalam intensitas dan kuantitas tinggi berisiko terkena bronkitis. Penelitian dari Columbia University menunjukkan bahwa bayi yang tinggal dalam radius 50 meter dari jalan raya, mengalami peningkatan risiko bronkitis sebanyak 6 persen dibandingkan anak lain yang tinggal jauh dari jalan raya. Selain bronkitis, gas ini juga dapat melemahkan paru-paru sehingga mudah terserang infeksi.
Polusi dan IQ Anak
Moms, polusi udara ternyata juga dapat memengaruhi IQ bayi, bahkan sebelum bayi dilahirkan. Peneliti dari Columbia University merilis hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sejumlah besar paparan polusi udara selama kehamilan dapat mengurangi kecerdasan anak.
Seorang perempuan yang selama lima tahun selalu terpapar polutan dengan jumlah di atas rata-rata (di atas 25 persen), khususnya di daerah perkotaan, akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anaknya kelak. Tingkat kecerdasan ini terlihat dari rendahnya skor tes IQ anak. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)