Bayi mungil Anda kini telah tumbuh menjadi balita yang aktif, Moms. Nah, perkembangan Si Kecil ini tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga emosinya. Berikut perkembangan emosi balita yang perlu Anda ketahui, Moms.
Usia 2 Tahun
Di tahun kedua usianya, Si Kecil akan mulai mengembangkan kemandiriannya. Dengan sudah lancar berjalan dan melakukan banyak aktivitas fisik sendiri, ia akan mencoba melakukan banyak hal tanpa bantuan Anda. Namun, ia tak sepenuhnya bisa mandiri dan masih bergantung pada Anda, terutama saat sedang merasa lelah, sakit, atau takut. Ia ingin Anda menenangkannya dan membuatnya nyaman.
Menariknya, Anda tak pernah bisa menebak kapan ia sedang ingin mandiri dan kapan ia ingin bergantung pada Anda. Suatu waktu, ia bisa terlihat baik-baik saja ketika Anda tinggal pergi ke kantor, namun di hari lain ia bisa menangis keras tak mau ditinggal. Beberapa pakar menyebut masa ini sebagai first adolescence, saat Si Kecil mengalami dilema, antara menjadi mandiri dan terus bergantung pada Anda.
Fase ini sangatlah normal. Para ahli parenting menyarankan bahwa satu-satunya cara agar ia bisa melewati fase ini dengan baik adalah dengan memberikannya perhatian dan kasih sayang yang ia butuhkan.
Anda bisa melatih kemandirian Si Kecil di usia ini dengan memberikan waktu untuk melakukan sesuatu sendiri. Anda pun bisa meninggalkannya sementara waktu bersama orang lain yang dipercaya. Ia mungkin akan menangis dan rewel ketika pertama kali Anda pergi. Namun, lama-kelamaan ia akan terbiasa.
Bahkan dalam banyak kasus, biasanya Moms akan menjadi lebih sedih dibandingkan Si Kecil ketika Anda meninggalkannya.
Usia 3 Tahun
Si Kecil mulai mengerti emosi yang ia rasakan, tapi masih memiliki kontrol yang minim terhadap emosi tersebut. Jika ia merasa suatu hal sangat lucu, ia akan tertawa terbahak-bahak. Begitu pula sebaliknya, jika ia merasa sedih, ia akan menangis.
Di usia ini, ia juga belum memiliki kontrol akan impulsivitasnya. Jika ia ingin melakukan sesuatu, ia akan melakukannya, termasuk ketika ia melempar mainan atau berguling-guling di mal karena minta dibelikan mainan. Jika menginginkan sesuatu sekarang, ya ia harus dapatkan sekarang juga.
Di usia ini juga ia mungkin akan sering memukul dan menggigit atau menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan konflik. Hal ini karena ia belum mengerti perbedaan tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.
Karenanya, sudah menjadi tugas Anda untuk memberitahu Si Kecil cara yang benar dan salah dalam mengekspesikan emosi, termasuk menyelesaikan konflik dengan anak lain. Anda bisa menerapkan time out ketika ia tengah 'meledak'. Cara ini efektif untuk mengajarkan balita bahwa tantrum bukanlah cara yang baik untuk mengekspresikan emosi.
Usia 4-5 Tahun
Di usia ini, Si Kecil sudah memiliki selera humor. Ia sangat senang melakukan hal-hal yang bisa membuat orang lain tertawa. Si 4 tahun juga mulai mengembangkan empatinya. Ia mulai mengerti bahwa orang lain juga memiliki perasaan dan tahu ketika seseorang tengah merasa sedih.
Di usia 5 tahun, Si Kecil akan menunjukkan kemajuan pesat dalam perkembangan emosinya. Ia akan menjadi sangat baik dalam mengontrol emosi. Ia juga mulai bisa menyatakan perasaannya dengan mudah.
Ia akan mau menunggu giliran dan bertanya lebih dahulu sebelum mengambil barang yang bukan miliknya. Jika sesuatu membuatnya marah, ia akan menyampaikan dengan bahasa dan tindakan, meskipun kadang ia masih menggunakan jurus tantrum dan tindakan fisik lainnya. (M&B/SW/Dok. Freepik)