Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Balita Bermain Lintas Gender, Bolehkah?

Balita Bermain Lintas Gender, Bolehkah?

Duh, anak laki-laki saya kok suka bermain boneka dan masak-masakan? Apakah pertanda adanya kelainan?

Moms, mungkin pernah mengalami kejadian seperti ini. Jagoan Anda lebih asyik bermain dengan boneka, sementara ada juga putri cantiknya yang justru seru sendiri dengan mobil-mobilan.

Sesungguhnya, anak laki-laki tidak harus selalu main mobil-mobilan. Mereka juga boleh lho, bermain masak-masakan. Begitu pula dengan anak perempuan tidak harus terus-menerus bermain dengan boneka mereka. Tak masalah jika putri Anda sesekali bermain robot-robotan.

Psikolog anak yang juga play therapist, Mayke S. Tedjasaputra, mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan saat memilih mainan untuk anak, yaitu sesuai dengan usia, bervariasi, dan lintas gender.

"Boleh tidak anak laki-laki bermain boneka? Boleh, karena semua anak nantinya harus serbabisa," kata pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Pada dasarnya, semua bentuk mainan merupakan media anak untuk mempelajari lingkungannya. Dengan membebaskan anak bermain apa pun yang diinginkan, ia akan mendapat pengetahuan maksimal. Seiring dengan pertambahan usia, anak-anak biasanya mulai memilih mainan yang sesuai dengan gender atau jenis kelaminnya setelah melalui berbagai pembelajaran dan pengamatan.

Tidak perlu takut anak laki-laki Anda akan menjadi seperti perempuan atau sebaliknya, anak perempuan menjadi kelaki-lakian, Moms. Menurut ahli saraf dan psikiatri University of California, Amerika Serikat, dr. Louann Brizendine, otak laki-laki dan perempuan pada dasarnya berbeda sejak dilahirkan. Perbedaan itulah yang menyebabkan karakteristik setiap gender akan berbeda, meski pernah memainkan mainan yang sama.


Efek Membedakan

Jika Moms memilih untuk membedakan mainan berdasarkan jenis kelamin Si Kecil, maka hal ini akan membatasi jangkauan keterampilan dan atribut diri yang bisa dijelajahi anak laki-laki dan perempuan dalam bermain. Bukan tak mungkin, pembedaan jenis mainan ini bakal mencegah anak-anak untuk mengembangkan minat diri, preferensi, dan bakat hingga batas maksimalnya.

Di sisi lain, stereotip atau pengelompokan mainan bagi anak-anak berpotensi terbawa hingga dewasa dan tercermin dalam kehidupannya. Bukan hanya itu saja, pengelompokan mainan berdasarkan gender dapat memiliki dampak serius pada keterampilan diri yang akan menjadi dasar masa depan dan aspirasi kariernya.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sudah memiliki ide sangat jelas tentang pekerjaan yang cocok untuk anak laki-laki (pilot, pembalap, dokter, presiden, pesepakbola, dll) dan perempuan (ibu rumah tangga, model), maka ide-ide ini akan sulit diubah di kemudian hari. Alhasil, kondisi ini pada akhirnya bakal memengaruhi struktur dari angkatan kerja.

Pembedaan ini juga bisa memengaruhi watak anak, misalnya anak laki-laki merujuk pada permainan yang kasar dan gaduh, dan anak perempuan adalah sosok lemah lembut yang menurut. Hasilnya, penguatan stereotip gender yang menopang gagasan usang terhadap maskulinitas dan feminitas, yang dapat membawa konsekuensi ketidaksetaraan gender yang berbahaya baik secara sosial, ekonomi, atau bahkan di mata hukum (misalnya pelecehan seks atau kekerasan dalam rumah tangga).


Lebih Fleksibel

Sementara itu, anak yang bermain lintas gender akan lebih fleksibel dan lebih mudah beradaptasi dalam menghadapi kehidupan setelah dewasa. Anak laki-laki yang pernah memainkan permainan perempuan, tak akan canggung saat harus berada di sekitar lawan jenisnya. Ia juga tidak akan keberatan jika harus mengerjakan 'pekerjaan perempuan' seperti menyapu hingga mengurus anak ketika sudah menjadi seorang ayah.

Sebaliknya, anak perempuan yang dibiarkan sesekali memainkan permainan laki-laki, berpotensi memiliki sikap lebih tangguh. Bukan tak mungkin, ia akan tertarik untuk menekuni pekerjaan yang mayoritas dilakoni laki-laki, seperti pembalap atau pilot.

Pada dasarnya memberikan permainan lintas gender, artinya memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi. Jadi, jangan khawatir lagi ya Moms. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)