Di era digital, Moms tentu merasakan betapa sulit untuk 'memisahkan' Si Kecil dari gadget. Apalagi saat ini beraneka game online juga kian marak bermunculan. Bahkan tak sedikit digelar kompetisi game online guna penyalurkan hobi para penggemar permainan yang satu ini.
Lantas bagaimana dengan anak Anda? Apakah Si Kecil termasuk penggemar game online?
Masalah yang Ditimbulkan dari Game Online
Meski game online telah dipertandingkan secara resmi di berbagai ajang internasional, termasuk Asian Games 2018, Anda tetap harus memberi perhatian khusus ketika Si Kecil mulai menyukai permainan melalui gadget tersebut. Banyak masalah yang bisa ditimbulkan melalui game online, antara lain:
1. Kesehatan mata terganggu
Menatap layar komputer atau gadget terlalu lama karena bermain game tentunya akan memengaruhi kesehatan mata Si Kecil. Masalah yang muncul pun beragam, mulai mata lelah, minus bertambah, hingga kerusakan saraf mata.
2. Gangguan motorik
Anak menjadi cenderung kurang bergerak apabila sudah kecanduan bermain game online. Akibatnya, lama-kelamaan kemampuan motorik Si Kecil bisa menurun sehingga pertumbuhan badannya menjadi tidak maksimal. Selain itu, anak yang kurang aktif juga berpotensi mengalami obesitas.
3. Nyeri sendi
Saat bermain game online, anak tanpa sadar akan duduk membungkuk atau tiduran. Jika dilakukan terlalu lama, tentunya kondisi ini tak sehat bagi kesehatan anak dan membuat ototnya terasa kaku serta mengalami nyeri sendi.
4. Menurunkan konsentrasi
Menurut penelitian, anak yang kecanduan game online bisa mengalami gangguan konsentrasi karena adanya perubahan pada struktur dendrit sel-sel dalam otaknya. Hal ini mengakibatkan konsentrasi anak menurun sehingga ia mudah lupa dan gagal fokus. Paparan radiasi dari perangkat elektronik juga bisa melemahkan konsentrasi anak.
5. Masalah sosialisasi dan komunikasi
Terlalu asyik bermain game online tentunya bisa menyebabkan anak kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi. Alhasil, kemampuan berkomunikasinya dengan orang lain pun akan berkurang. Bukan tak mungkin, anak juga kehilangan empatinya terhadap sesama.
Efek Game Perang-Perangan
Secara khusus, game bertema perang-perangan memiliki efek lanjutan terhadap jantung. Seperti halnya latihan olahraga dengan intensitas tinggi, game perang-perangan juga dapat memicu gangguan irama jantung yang serius.
Apabila Si Kecil terlalu sering memainkan game perang-perangan, maka detak jantungnya bisa menjadi terlalu cepat (takikardi), terlalu lambat (bradikardi), dan tidak teratur (irregular). Pada kebanyakan kasus, gangguan irama jantung memang tidak berbahaya. Akan tetapi ada beberapa jenis gangguan yang dapat menimbulkan komplikasi serius hingga menyebabkan kematian.
Para peneliti dari Australia menelaah tiga kasus anak-anak yang pingsan saat bermain game perang-perangan. Berdasarkan hasil penelitian, anak-anak itu kehilangan kesadaran karena pengaruh sistem kelistrikan jantung. Dalam kasus ini, ketiga anak tersebut sudah memiliki permasalah jantung yang diperparah dengan kebiasaan memainkan game perang-perangan.
Sementara itu, dalam dua kasus lainnya tidak ditemui masalah jantung bawaan. Artinya, mereka mengalami gangguan irama jantung murni akibat bermain game perang-perangan. Permainan yang intens dan melibatkan emosi ini ternyata dapat mengakibatkan pelepasan hormon stres yang memicu masalah irama jantung pada orang yang rentan, seperti pada kasus berikut ini:
1. Seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun tiba-tiba kehilangan kesadaran di rumah setelah memenangi pertandingan perang yang ia mainkan. Laporan tersebut terbit dalam New England Journal of Medicine pada medio September silam. Anak itu segera sadar dan tampak baik-baik saja, tapi sempat mengalami henti jantung. Berdasarkan pemeriksaan, ia didiagnosis mengalami fibrilasi ventrikel, yaitu jantung bergetar bukannya berdetak dengan benar.
2. Pada kasus kedua, bocah berusia 15 tahun yang memiliki riwayat operasi jantung, juga pingsan dengan gangguan irama jantung. Ia mengalami ventriclar tachycardia, kondisi yang membuat jantungnya berdebar lebih kencang dari normal.
3. Selanjutnya, bocah berusia 11 tahun kolaps dengan diagnosis long QR syndrome. Kondisi ini juga berhubungan dengan irama jantung. "Apa pun yang menyebabkan peningkatan mendadak hormon stres adrenalin bisa menyebabkan orang-orang rentan untuk mengalami irama jantung yang berbahaya," kata Dr. Ronald Kanter, ahli jantung dari Nicklau Children's Hospital, seperti dikutip Livescience. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)